Sukses

Jadi Disabilitas Tak Halangi Nurfaizah Ajarkan Anak-Anak di Aceh Baca Alquran

Nurfaizah mengajar anak-anak dari dasar hingga bisa membaca Alquran dengan sepenuh hati di tengah keterbatasannya sebagai seorang penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Aceh - Keterbatasan fisik tidak mengurangi semangat seorang penyandang disabilitas bernama Nurfaizah untuk mendidik anak-anak dalam membaca Alquran di Gampong (Desa) Weu Siteh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar. Hal ini disampaikan oleh Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh.

Setiap malam, rumah yang ditempati Nurfaizah, penyandang disabilitas karena polio itu selalu dipenuhi oleh suara anak-anak belajar dan dijadikan sebagai balai pengajian bernama Awwalul Qullub.

"Kami menerima anak-anak yang mau belajar Alquran. Tak sedikit anak-anak yang diterima belajar mengaji, karena harus memulai belajar dari dasar. Tapi insya Allah, selama ini kami siap menyambut mereka," ucap Nurfaizah ketika mendatangi Kantor ACT Aceh di Banda Aceh, seperti dilansir Antara, Rabu (13/11/2019).

Nurfaizah mengidap polio sejak lahir pada bagian kedua tangannya. Segala aktivitas tetap dilakukan olehnya secara mandiri dengan menggunakan kedua kakinya.

Kondisi fisik tidak mematahkan semangatnya sama sekali dalam mengajar anak-anak dalam membaca kitab suci bagi umat Muslim selama 11 tahun yang dimulai sejak 2008 silam.

Nurfaizah mengajar anak-anak dari dasar hingga bisa membaca Alquran dengan sepenuh hati di tengah keterbatasannya sebagai seorang penyandang disabilitas. Baginya, anak-anak itu sudah dianggap seperti anak-anaknya sendiri.

"Kami mengharapkan bantuan sumur lengkap dengan kamar mandi di balai. Sumur yang ada saat ini masih berbagi dengan tetangga, sehingga kurang nyaman digunakan murid-murid. Di samping itu, jumlah iqra dan Alquran di balai pengajian kami masih terbilang kurang untuk mengajarkan 23 orang murid," kata Nurfaizah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Tak Mampu Penuhi Fasilitas

Nurfaizah mengaku tidak sanggup dalam memenuhi kebutuhan fasilitas balai pengajian, karena terbatasnya perekonomian keluarga tersebut. Rahmat, suaminya cuma bekerja sebagai tukang becak di seputaran Banda Aceh.

Penghasilan Rahmat paling besar Rp 100 ribu per hari. Rahmat juga merupakan disabilitas yang mengalami kesulitan komunikasi dan pada bagian wajah atas tepatnya di mata sebelah kanan, tidak berfungsi normal sejak lahir.

Di tengah keterbatasan fisiknya, Nurfaizah selalu berusaha membantu perekonomian keluarganya. Ia pernah berjuang, meski kekurangan modal.

Lalu sekarang, dirinya ingin membuka usaha kerajinan tangan berupa menjahit payung pengantin, dan mengolah barang bekas menjadi pot bunga.

"Niat saya itu, belum saya laksanakan. Saya bingung ke mana nanti memasarkannya," terang Nurfaizah.

 

3 dari 3 halaman

Bantuan dari ACT Aceh

Supervisor Partnership ACT Aceh Lisdayanti mengatakan, pihaknya mendukung dunia pendidikan agama di tingkat desa karena merupakan tanggungjawab bersama.

"Minyeuk Pret, sebagai salah satu mitra peduli ACT insya Allah akan berpartisipasi mewakafkan 15 persen keuntungan dari penjualan produk Minyeuk Pret untuk pembangunan sumur wakaf beserta sanitasinya di balai pengajian Awwalul Qulub," kata Lisdayanti.

Menurut dia, melatih anak-anak dalam belajar Alquran di usia dini bisa menjadi modal yang sangat penting bagi perkembangan pengetahuan generasi masa depan.

"Apabila nantinya sumur sudah berdiri di Awwalul Qulub, mudah-mudahan semangat anak-anak belajar Alquran semakin meningkat," pungkas Lisdayanti.