Sukses

Sempat Putus Asa Kehilangan Kaki dan Jadi Disabilitas, Rebecca Legon Kini Bahagia

Kini, Rebecca sudah mulai bisa menerima keadaannya menjadi disabilitas yang tak memiliki kaki karena kaki palsu sudah terpasang di tubuhnya.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita asal Inggris bernama Rebecca Legon lahir dengan suatu kelainan langka dan hal itu menjadikan dirinya sebagai disabilitas. Kelainan langka itu membuat bentuk kaki Rebecca, di mana lututnya tumbuh keluar dari posisi pinggulnya.

Hal tersebut membuat wanita berusia 38 tahun itu harus kehilangan satu kakinya karena diamputasi. Rebecca pun menjadi seorang disabilitas. Namun saat ini, ia sudah dipasangkan kaki palsu (prosthetics).

Dilansir dari metro.co.uk, Jumat (29/11/2019), merasa malu dan tidak percaya diri, Rebecca menyembunyikan kaki palsunya selama bertahun-tahun dari pandangan orang lain.

Setelah mendapat pekerjaan sebagai model, ia mulai menyandari bahwa kekurangan bukanlah hal yang harus ditutupi. Dari situlah, Rebecca merasa bersyukur dan membagikan kisahnya melalui akun Instagram miliknya dengan harapan bisa menginspirasi banyak orang.

"Saya masih ingat rasa sakit yang saya alami atau jari-jari kaki yang gatal yang kini tidak lagi menjadi bagian dari tubuh saya. Saya selalu tahu bahwa saya berbeda," ujar Rebecca.

Namun kini, Rebecca sudah mulai bisa menerima keadaannya menjadi disabilitas yang tak memiliki kaki. Hal ini tidak seperti ketika kejadian Rebecca kehilangan kakinya.

Kala itu, Rebecca masih belum bisa menerima keadaan tubuhnya. Setiap hari ia harus menggunakan pakaian longgar demi menutupi kaki palsunya karena masih belum menerima keadaannya.

Rebecca sempat putus asa dan memutuskan untuk minum alkohol dengan alasan bisa melupakan segala masalah yang sedang dialaminya. Terutama dirinya yang menjadi disabilitas.

"Minum membuatku percaya diri untuk tidak diganggu ketika orang-orang melihat. Saya sangat sadar diri dan akan takut ditanya sebuah pertanyaan, apa yang salah dengan kaki Anda?," cerita Rebecca.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Ikut Reality Show dan Kini Bekerja

Pada 2008, Rebecca mengikuti ajang Missing Top Model Inggris. Missing Top Model Inggris merupakan reality show bagi wanita penyandang disabilitas yang dirancang untuk membuat dunia mode lebih inklusif.

Acara itu mengingatkan betapa pentingnya masyarakat melihat penyandang disabilitas dengan bangga menjalani kehidupan mereka dan memberikan Rebecca dorongan yang dibutuhkan untuk melakukan hal yang sama.

"Saya berharap dengan menunjukkan diri saya, saya akan menginspirasi orang lain dan menunjukkan bahwa boleh saja berbeda. Ini adalah perjalanan yang sulit tetapi dari pengalaman pribadi saya, setelah Anda menerima diri sendiri dan ketidaksempurnaan Anda, Anda bisa benar-benar bahagia," kata Rebecca.

Saat ini, Rebecca sudah bekerja sebagai wirausaha di bidang desain kreatif, public relationship, dan manajemen suatu acara.

 

3 dari 3 halaman

Rajin Olahraga dan Menjadi Ibu

Rebecca menolak untuk membiarkan orang yang diamputasi menahan diri untuk melakukan apapun yang diinginkannya. Secara teratur, ia juga menantang dirinya untuk mencoba beragama olahraga baru untuk memastikan fisiknya dalam keadaan baik.

"Saya berolahraga setiap hari dan berjalan sepanjang lima kilometer hampir setiap hari bersama Vizsla Ralph Hongaria di hutan Ashdown," ucapnya.

Hutan tersebut diakuinya sebagai tempat kebahagiaan bagi spiritualnya. Rebecca mengaku kini badannya bugar dan tak bisa hidup tanpa olahraga.

"Saya juga suka bermain ski, berenang, menunggang kuda, dan bersepeda. Tentu saja menjadi seorang ibu juga berolahraga, karena berlarian menjaga bayi saya," papar Rebecca.

Rebecca membagikan kisahnya untuk memberikan rasa percaya diri kepada orang yang memilki kondisi sama sepertinya. Ia berharap dapat membantu mereka untuk berjuang untuk menerima keadaannya.

"Saya telah diamputasi sepanjang hidup saya dan telah memakai kaki palsu sejak saya berusia dua tahun, jadi saya tidak tahu bedanya. Saya bugar dan sehat secara fisik dan (sekarang) mental sehingga tidak benar-benar mempengaruhi hidup saya, meskipun pada jam 20.00 malam saya siap untuk melepas kaki saya dan bersantai," tutup Rebecca.

 

(Annisa Suryanie)