Sukses

Serunya Nonton Film dan Berbagi Bisik dengan Teman Netra

Relawan bisik dengan sigap memasang mata dan membisikkan segala hal yang ia lihat pada teman netranya.

Liputan6.com, Jakarta Berbagi bisa dilakukan melalui banyak hal, tak terkecuali membagi bisik. Berbagi bisik ketika menonton film bisa sangat berarti bagi teman netra. Karena dengan berbagi bisik, teman netra bisa merasakan sensasi menonton layaknya invidu non-disabilitas

Sabtu, 30 November 2019 lalu, Liputan6.com dapat kesempatan berbagi pengalaman menonton film bersama teman netra dan relawan bisik di Kinosaurus, Kemang, Jakarta Selatan. 

Siang itu, setelah teman-teman netra duduk nyaman di kursi masing-masing, lampu ruangan Kinosaurus mulai dimatikan, film pun mulai diputar. Relawan bisik dengan sigap memasang mata dan membisikkan segala hal yang ia lihat pada teman netranya. 

Selama kurang lebih 60 menit, para teman netra disuguhi sebuah film berjudul Empu, arahan sutradara Harvan Agustriansyah.

Acara nonton bareng teman netra ini digelar oleh Cinema Berbagi atau Cinergi dan 100% Manusia. Rein Ketua Pelaksana  acara menyebutkan, ia dan kawan-kawan ingin memberi hiburan pada teman netra. Ia juga ingin menyampaikan pesan toleransi dan kebersamaan.

"Semua sama, semua manusia. Mereka juga butuh hiburan," kata Rein, ditemui di Jakarta Selatan. 

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Tugas Pembisik

Sebelum acara dimulai, Mia dari pihak pelaksana memberikan arahan untuk mensurvei tempat duduk dan toilet. Ia juga mengajarkan para pembisik cara menuntun teman netra.

“Jadi pembisik di depan, tunet di belakang menggandeng lengan pembisik. Jika ada tangga, turunan, atau tanjakkan beri tahu dulu teman netranya biar gak kaget,” kata Mia. 

Menurut Rahman, salah satu penyandang tunanetra, ini bukanlah acara nonton pertama yang ia datangi. Sebelumnya Cinergi juga sempat mengadakan acara serupa. "Filmnya bagus, sangat menginspirasi," Kata Rahman. 

Rahman juga menambahkan, pembisik itu bertugas untuk membisikkan bagian-bagian yang tidak ada dialognya. “Kalau dialog tidak ada, barulah gambarkan apa yang terjadi di dalam film. Karena kalau tidak ada suara kita tidak bisa mengira,” kata Rahman. Sebaliknya, jika pembisik membisikkan bagian yang ada dialognya maka itu akan mengganggu.

Vina seorang tunanetra berpendapat, "Dari keseluruhannya ini film dibikin untuk kita, semuanya realistis mewakili kami, intinya film ini bagus," kata Vina.

 

3 dari 3 halaman

Siapa pun Bisa Jadi Pembisik

Siapa pun dapat menjadi pembisik, yang penting dapat melihat dan menceritakan adegan-adegan yang terjadi dalam film. Teman netra biasanya meminta dijelaskan mengenai latar tempat, jumlah tokoh yang ada dalam satu scene, dan ekspresi muka para tokoh. Penggambaran latar tempat ini contohnya bisa diceritakan ketika tokoh sedang berjalan di jalan setapak dari tanah dan di kanan kirinya ada kebun jagung, pohon besar, dan semak-semak.

Tugas pembisik tentunya membisikkan kejadian dalam film, maka dalam penyampaiannya, pembisik tidak usah mengeluarkan suara yang terlalu keras. Cukup dengan suara kecil karena teman netra memiliki pendengaran yang baik dan jarak antara pembisik dan teman netra cukup dekat. 

Seorang relawan pembisik bernama Nanda mengutarakan pengalamannya menjadi pembisik. Ini adalah kali keempatnya menjadi pembisik.

"Seru, dan satu hal yang bikin saya pengen lagi dan lagi menjadi pembisik adalah ketika salah satu teman netra saya bilang, terima kasih berkat kamu saya jadi seperti punya mata," ujar Nanda.

Dewi yang kala itu hadir sebagai relawan pembisik juga mengatakan bahwa ini adalah pengalaman pertamanya. Ia mengaku ada sedikit kesulitan karena ini pengalaman pertamanya. 

"Ya takutnya penjelasan saya kurang rinci, tapi kayaknya saya bakal ketagihan jadi pembisik lagi di lain waktu," kata Dewi. 

Video Terkini