Liputan6.com, Jakarta Anak down syndrome perlu didandani semenarik mungkin. Itu adalah kalimat pertama yang dilontarkan Emsyarfi ketika ditemui di Depok, Jumat pagi. Ia adalah seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus down syndrome. Sambil berkisah, ia sibuk menata beberapa akesesoris kepala yang dimiliki Imansyah Aditya Fitri atau akrab dipanggil Adit. Aksesoris kepala yang dimiliki sangat beragam mulai dari ikat kepala Bali, Padang, Palembang, hingga kupluk dari Peru.
Emsyarfi menganggap menampilan anaknya sangat penting. Menurutnya, kalau dibiarkan dengan gaya aslinya mungkin orang-orang tidak peduli. Ia membuat penampilan Adit semenarik mungkin supaya orang-orang menghargainya.
“Saya mengimbau semua keluarga yang punya anak berkebutuhan khusus, tampilkan lah anakmu dalam kondisi terbaik supaya mereka dihargai. Penampilan itu bisa diolah, bisa dikreasikan, bisa direka-reka. Siapa bilang ABK tidak bisa ditampilkan dengan lebih menarik, mereka bisa,” kata Emsyarfi.
Advertisement
Sedapat mungkin Emsyarfi mencari kekhasan agar Adit memiliki ciri. Adit adalah penyandang down syndrome yang memiliki bakat di bidang musik khususnya memainkan drum. Ia sudah sering melakukan pentas di berbagai daerah di Indonesia. Baru-baru ini ia tampil dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Glora Bung Karno Jakarta.
Di setiap penampilannya, adit selalu menggunakan aksesoris kepala. Hingga kini, koleksinya mencapai satu lemari penuh. Emsyarfi mengatakan, aksesoris kepala itu sebagian beli dan sebagian lagi hadiah dari keluarga atau orang lain.
Seiring waktu, orang-orang mengetahui bahwa Adit suka memakai aksesoris kepala. Pada akhirnya jika ada kerabat atau kenalan yang bepergian ke suatu kota, mereka biasanya membelikan oleh-oleh berupa aksesoris kepala untuk Adit. Orang mulai saling berbagi kepedulian.
“Awalnya pakai buff, saya pikir kenapa kita mempopulerkan budaya luar. Kita juga bisa mempopulerkan budaya lokal,” katanya.
Maka dari itu, mulai lah Adit mengenakan berbagai jenis aksesoris kepala dari berbagai daerah di Indonesia. Terkadang, ada penjual ikat kepala yang memberikan dagangannya kepada Adit secara cuma-cuma dengan permintaan agar produknya itu dipromosikan. “Dengan demikian, kami yang mulanya tidak kenal menjadi saling kenal. Silaturahmi berjalan, kita membantu promosi produk usaha lokal dan hasil baiknya akan kembali kepada kita,” ucap Emsyarfi.
Peran Penting Ibu Sebagai Manajer
Emsyarfi menambahkan, anak berkebutuhan khusus jika dihargai sebagaimana mestinya maka ia dapat menjadi jembatan bagi satu keluarga dengan keluarga lain untuk saling menguatkan. Hal ini dapat membuat persaudaraan menjadi lebih baik. Pada akhirnya, hubungan kekerabatan pun ikut meluas.
Tidak hanya penampilan saja yang harus diperhatikan. Ketika hendak pentas, tentunya pemilihan lagu juga penting. Sebagai ibu, Emsyarfi bertugas menjadi manajer Adit. Ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap makanan, pakaian, pendidikan, dan materi saja. Tapi ia juga merasa harus mampu menyesuaikan permainan drum dengan acara yang digelar.
Misal, penonton yang hadir adalah orang-orang tua, maka Adit harus memainkan lagu yang cocok untuk mereka dengar. Sebaliknya, jiika penonton hadir dari kalangan anak muda, maka Adit sebaiknya membawakan lagu yang enerjik. Semua pengkonsepan ini berada di tangan Emsyarfi.
“Walau pun berkebutuhan khusus, tapi tetap saja permainan di panggung harus bagus dan sesuai. Jika tidak, maka bukan hanya penonton yang merasa tidak nyaman tapi kami pun akan merasa malu,” ujarnya.
Advertisement