Sukses

Salwa, Bocah Penyandang Disabilitas Tanpa Lengan Lukis Sketsa Wajah Wapres AS

Pada mulanya, kemampuan melukis Salwa hanya diketahui oleh teman-temannya hingga akhirnya dipanggil ke Istana untuk melukis Wapres AS pada April 2017 silam.

Liputan6.com, Jakarta - Remaja penyandang disabilitas bernama Salwa terlahir tidak memiliki lengan. Ia menjadi seorang penyandang disabilitas sejak lahir atau biasa disebut cacat bawaan, yang dalam bahasa medisnya kelainan kongenital.

Dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (14/12/2019), dibalik kekurangan fisiknya sebagai penyandang disabilitas tanpa lengan, Muhamad Salwa Aristotel rupanya memiliki talenta melukis.

Kemampuan melukis siswa kelas IX SMP LB D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo ini bahkan berhasil membawanya pada pengalaman luar biasa yang belum tentu bisa didapat oleh orang normal lainnya.

Betapa tidak, Salwa pernah memiliki kesempatan untuk menggambar sketsa wajah keluarga Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence saat melakukan kunjungan kerja ke Istana Merdeka, Jakarta pada April 2017 silam. Lukisan sketsa wajah keluarga Mike Pence digarap Salwa menggunakan kedua kakinya.

Pada mulanya, kemampuan melukis Salwa hanya diketahui oleh teman-temannya. Tetapi, kala itu, saat kunjungan kerja Ibu Negara Iriana Jokowi dan istri Wapres Mufidah Jusuf Kalla di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Februari 2017 lalu, rupanya menjadi awal langkah Salwa untuk menunjukkan eksplorasi seni lukisnya. Kala itu dipamerkan lukisan karya anak-anak SLB Negeri Solo.

Dalam kunjungan kerja Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) itu, Iriana Jokowi dan Mufidah Kalla membeli karya anak-anak penyandang disabilitas. Lukisan yang dibeli menggambarkan wajah istri Presiden dan Wakil Presiden RI.

Pada saat itu, Iriana Jokowi juga meminta kepada guru SLB Negeri untuk dicarikan empat pelukis penyandang disabilitas yang akan dibawa ke Istana Bogor. Keempat pelukis itu direncanakan melukis istri tamu negara dalam KTT IORA.

"Saat itu Ibu Iriana bilang Istana membutuhkan empat bocah difabel yang pintar melukis. Pihak Jawa Tengah suruh mencarikan, akhirnya ketemu empat difabel, di antaranya tiga anak tuna rungu dan satu tuna daksa. Yang tuna daksa itu saya, " cerita Salwa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 5 halaman

Rasa Senang Tak Terkira

Keempat anak penyandang disabilitas itu mendapat jatah sendiri-sendiri dalam melukis tamu negara dalam Spouse Program KTT IORA 2017 pada Maret 2017 silam. Salwa pun mendapatkan jatah melukis istri Wapres, Tanzania.

"Seneng banget bisa melukis tamu negara, enggak banyak yang punya kesempatan seperti ini. Keluarga sendiri kaget pas saya mengabarkan kalau diminta melukis tamu negara di Istana," kenang Salwa.

Sebulan berselang, Salwa dihubungi oleh perwakilan Istana Negara. Ia diminta untuk melukis wajah tamu negara. Kali ini adalah keluarga Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat, Mike Pence.

Dalam foto yang dikirimkan pihak protokoler Istana melalui WhatsApp, Salwa diminta melukis keluarga Mike Pence yang terdiri dari istri dan tiga anaknya.

"Persiapannya cukup mepet karena baru dikasih tahun H-7 untuk melukis lima wajah keluarga Wakil Presien AS. Selain lukisan yang sudah jadi, saya juga harus menggambar sketsa wajah mereka yang setengah jadi untuk dirampungkan saat kunjungan Wapres AS," ujar Salwa.

Salwa mengakui, tidak mudah untuk melukis keluarga Wapres AS. Karena, kata dia, wajah yang dilukis itu tampak depan. Menurutnya, lebih mudah jika melukis wajah dari samping.

Meski begitu, dengan semangat dan kerja kerasnya, Salwa berhasil merampungkan lukisan yang dirasa penuh tantangan itu tepat waktu.

"Saat melukis keluarga Wapres AS yang sulit mensketsa wajah karena tampak muka wajahnya tampak depan. Kalau wajahnya tampak miring itu lebih gampang untuk dilukis," kata Salwa.

 

3 dari 5 halaman

Lukisan Diserahkan Langsung

Salwa menceritakan saat dirinya diundang ke Istana Merdeka. Jantungnya berdebar bercampur bahagia. Pasalnya, ketika menyelesaikan lukisan tersebut disaksikan langsung oleh Wapres AS beserta istri.

Tak hanya itu, Presiden Jokowi dan sang istri, Iriana juga ikut menghampiri dan memegang hasil lukisannya.

"Waktu itu saya deg-degan sekali karena Wapres AS yang saya ada di samping saya untuk menyaksikan hasil lukisannya. Saat itu Wapres AS berkata jika lukisannya bagus. Namun, beliau sempat berkomentar jika wajah lukisan anaknya yang laki-laki tidak seganteng dalam gambar lukisan itu," kenang Salwa.

Dia menceritakan, saat Wapres AS melihat hasil lukisannya, hari itu juga merupakan hari istimewa bagi orang nomor dua di negara Paman Sam tersebut.

Pada hari itu rupanya bertepatan dengan tanggal peringatan saat Mark Pence diangkat menjadi Gubernur Negara Bagian Indiana.

"Dia bilang jika hari itu hari yang istimewa karena pada tanggal yang sama diangkat menjadi gubernur," tutur Salwa.

Selain melukis keluarga Wapres AS, Salwa juga melukis Presiden Jokowi dan sang istri, Iriana. "Dua malam lalu mulai melukis foto Pak Jokowi dan Ibu Iriana. Nantinya lukisan itu akan saya pajang di dinding kamar saya," kata dia.

 

4 dari 5 halaman

Cerita Mulai Melukis

Salwa mulai menyentuh dunia melukis sejak duduk di bangku kelas VII SMP LB D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo. Ia mengaku menemukan gelora hati dalam dunia seni melukis.

"Saat kelas dua (SMP) itu, ada guru lukis yang memintaku untuk ikut kelas melukis. Gurunya namanya Mas Jaka Triwiyana, mahasiswa ISI Solo. Ketika ditanyai apa mau melukis, saya ya langsung bilang mau. Padahal saya sama sekali belum pernah melukis," ucapnya.

Dua tahun ikut kelas melukis, membuat Salwa lihai mencoret-coret kanvas dengan cat air. Saat itu favoritnya adalah menggambar pemandangan. Awal-awal melukis, Salwa sama sekali tidak mengalami kendala.

"Meskipun saya melukis menggunakan kaki tetapi enggak ada kendala berarti, paling ya catnya nyemprot ke kanvas, " kata Salwa.

Guru lukis Salwa, Jaka Triwiyana mengakui, muridnya ini memiliki semangat tinggi, terutama jika berhubungan dengan seni. Saat pertama menawari Salwa ikut kelas melukis, remaja yang juga pandai berenang ini langsung menerima tawarannya.

"Yang saya salut dengan Salwa adalah semangatnya tinggi. Kalau sudah muncul semangat, anak itu memiliki kemauan yang keras. Soal semangat untuk berkesenian itu tinggi, jadi saya semangat mengajari Salwa," ucap Jaka.

Melihat pengalamanya sebagai pelukis, Salwa sendiri merasa kadang bingung dengan kebiasaannya melukis dengan kaki. Jika secara normal, tentu saja sulit dilakukan.

"Kalau dipikir-pikir memang kadang saya bingung sendiri kok saya bisa melukis dengan kaki," kata Salwa penuh bangga.

Bocah yang menggemari grup musik Slank ini juga memiliki bakat bermain musik. Ia bisa bermain bass dan keyboard. Bermain musik ini lebih dulu digelutinya sebelum melukis. Oleh guru musiknya Sugiyan Noor, Salwa diminta masuk kelas musik.

"Ya, pengen aja bisa main musik. Saya juga main menggunakan dua kaki. Dan ternyata bisa," ucap Salwa yang pernah menjadi juara tiga FLS2N (khusus seni) difabel tingkat Provinsi Jawa Tengah 2016 silam ini.

 

5 dari 5 halaman

Abaikan Kondisi Fisik

Kemauan Salwa untuk berprestasi memang tinggi. Ia mengabaikan kondisi fisiknya. Sejak kecil, Salwa melakoni aktivitas seperti bocah lainnya, bermain dengan penuh kegembiraan. Untuk beraktivitas, ia menggunakan kedua kaki layaknya tangan.

Jika naik sepeda, maka jari-jari kanannya masih bisa digunakan untuk mengerem. Begitu pula ketika bermain kelereng dan karambol, maka jari kanannya yang menjadi tumpuan utama.

"Kalau menulis, menggambar pakai kaki. Makan, minum juga menggunakan kaki," kata sulung dari dua bersaudara ini.

Selepas balita, Salwa juga bersekolah layaknya bocah seusianya. Ia bersekolah di SD LB Purwasari, Kudus. Di sekolah luar biasa itu, ia tergolong siswa pandai. Ia kerap mewakili sekolah dalam lomba Mapel khususnya bidang IPA.

"Sering mewakili sekolah, sampai tingkat kota. Biasanya berhenti di tingkat provinsi," cerita putra pasangan Aminul Musyadad dan Kurniati ini.

Mengingat tingkat intelegensinya di atas rata-rata, guru di SD LB Purwasari memberikan masukan agar Salwa sekolah di YPAC Solo. Alasannya, fasilitas di YPAC Solo lebih bagus sehingga bisa memfasilitasi Salwa mengembangkan talentanya.

"Sekolah di YPAC Solo sejak tahun 2013. Asrama juga di YPAC. Biasanya ibu jenguk, atau kalau nggak pas liburan saya pulang naik bus sendiri ke Kudus," pungkas Salwa.