Liputan6.com, Lima - Penyandang disabilitas Bryan Russel mencalonkan diri sebagai anggota parlemen di Peru. Baginya ini adalah langkah awal untuk meningkatkan kesadaran tentang orang-orang dengan disabilitas.
Melansir dari Daily Mail, Kamis (19/12/2019), tercatat sekitar 3 juta warga Peru yang disabilitas namun tidak ada data orang dengan down syndrome yang terjun ke dunia politik, Bryan lah orang yang pertama di negeri itu.
Tujuan utamanya adalah untuk mematahkan paradigma bahwa orang dengan down syndrome tidak bisa mandiri.
Advertisement
Meski menderita down syndrome, Bryan adalah sarjana lulusan komunikasi di Universitas San Ignacio de Loyola Peru. Ibunya, Gladys Mujica seorang guru bahasa inggris yang menganggap putranya adalah sosok yang menginspirasi.
"Ini sangat mengesankan karena Bryan telah mengubah sejarah dan itu hal yang paling penting," kata ibunya.
Menurut yayasan Global Down Syndrome Foundation, Bryan merupakan orang pertama dengan down syndrome yang mencalonkan diri di dunia politik. Dikatakan ia mewakili pemberantasan korupsi dengan diturunkannya presiden Peru.
"Kami sangat senang Bryan mencalonkan diri untuk kongres di Peru. Sejauh yang kami tahu, dia orang pertama yang mengidap down syndrome untuk jabatan yang dipilih secara publik dan dia menunjukkan kepada dunia bahwa kita membutuhkan keragaman di semua bidang masyarakat termasuk di pemerintahan kita," jelas Michelle Sie Whitten, CEO yayasan.
Diketahui pada 2013, Angela Bachiller dengan down syndrome menjadi anggota dewan kota di Valladolid, Spanyol. Tetapi ia tidak mencalonkan diri untuk pemilihan secara publik namun mengambil jabatan anggota dewan kota yang mengundurkan diri karena tuduhan korupsi.
Bryan merupakan kandidat untuk Peru Nacion, yaitu sebuah partai yang tidak dikenal dan sempat kalah dalam pemilihan sebelumnya. Hebatnya, Bryan dengan berani melakukan kampanye menjelang pemilihan parlemen dan mendapatkan perhatian publik.
Bahkan ia diundang berbicara di sebuah forum untuk memperjuangkan orang seperti dia dan terlepas dari kecenderungan politik.
"Saya ingin orang-orang seperti saya memiliki suara. Saya belajar membaca, menulis, berjalan, berlari dan makan yang pada dasarnya untuk menghormati diri sendiri," katanya.
Beruntung Bryan mendapat respon positif dari beberapa warga dan ikut memberikan dukungan suara dan membantu membagikan selebaran dengan gambar wajah Bryan.
"Dia berusaha untuk melakukan yang terbaik. Mereka yang tidak memiliki keterbatasan mencoba mencurangi negaranya sendiri. Tetapi ia tidak, itu perbedaan yang sangat besar," kata Carlos Maza seorang pensiunan.
"Kita harus memberinya kesempatan," tambah Elena Saavedra, seorang sekretaris sambil berjabat tangan dengan Bryan.
Down Syndrome
Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan keterlambatan perkembangan dan kondisi medis seperti kelainan pada jantung, masalah pernapasan dan pendengaran.
Menurut psikolog Patricia Andrade orang dengan down syndrome berjuang untuk mengatasi prasangka, termasuk persepsi bahwa mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang dewasa tapi tidak bisa membuat keputusan sendiri.
Akibatnya, banyak penderita down syndrome menutupi diri dan minder di kalangan masyarakat karena pengusaha lebih suka mempekerjakan penyandang disabilitas dengan kondisi lain.
Tahun 2018, Peru mengubah undang-undang khusus penyandang disabilitas mendapatkan hak-hak mereka tanpa intervensi atas nama mereka.
Â
Reporter : Yuliasna
Advertisement