Sukses

Pemberdayaan Difabel dengan Bisnis Kerajinan Tangan

Dua ahli kesehatan mental asal India Mala Giridhar dan suaminya Dr. Giridhar memutuskan untuk memberi ruang bagi para penyandang disabilitas melalui usaha kerajinan tangan.

Liputan6.com, Jakarta Dua ahli kesehatan mental asal India Mala Giridhar dan suaminya Dr. Giridhar memutuskan untuk memberi ruang bagi para penyandang disabilitas melalui usaha kerajinan tangan.

Seperti dilansir dari thebetterindia, Mala dan suaminya ingin memberdayakan penyandang disabilitas dan memperbaiki kehidupan mereka dari sisi keuangan dan sisi emosional.

Usaha mereka diberi nama Chetana, seluruh produknya dibuat oleh penyandang disabilitas dengan menggunakan bahan dasar koran serta serat pohon pisang. Benda yang dibuat pun beragam, seperti pulpen, map, jam dinding, tempat lampu, tas, kotak penyimpanan, dan figura.

"Setiap komunitas masyarakat memiliki 5-10 persen penyandang disabilitas dan kota kecil biasanya menangani mereka dengan kurang baik. Ada kekurangan empati, infrastruktur, fasilitas, dan kasih sayang untuk penyandang disabilitas. Masalah ini sering menghabat perkembangan kehidupan mereka. Kami ingin mengikutsertakan mereka dalam sebuah kegiatan yang dapat membantu mereka untuk fokus dan tidak terlalu membebani keluarganya," kata Mala.

2 dari 2 halaman

Manfaat Positif Usaha bagi Difabel

Pada 2007, Mala dan suaminya mulai membuka usaha ini dengan merekrut lima orang dengan disabilitas intelektual untuk bergabung. Lima orang tersebut menghabiskan waktunya untuk membuat paket bingkisan yang terbuat dari koran. Hal ini disambut gembira oleh orangtua pekerja dan mendorong pasagan ini untuk mengembangkan usahanya.

Dengan bantuan dari berbagai pihak, mereka berhasil berpindah tempat dan mampu menampung 30 penyandang disabilitas dengan rentang usia 18-40 tahun. Ragam disabilitasnya sendiri terdiri dari penyandang autisme, tuli, dan tuna netra yang membuat produk dari bahan ramah lingkungan seperti serat pohon pisang.

Para pekerja bekerja dari pukul 10.30 hingga pukul 17.00 setiap harinya. Mereka diberi tumpangan untuk antar jemput dan diberi makanan sehat. Setiap pekerja memiliki akun banknya senidri, hasil kerja mereka dibayar sekitar 500 sampai 700 rupe atau Rp 98.000 sampai Rp 137.000 per bulanya.

"Tujuan kami adalah tidak membiarkan mereka hanya duduk di rumah tanpa tujuan dan hal itu dapat mempengaruhi kehidupan sosial, psikologis, dan fisik. Mengobservasi mereka dan melihat hasilnya, kami membayar mereka dengan gaji minim namun tetap. Kami hadir dengan rencana bisnis untuk mendorong orang dengan kebutuhan khusus," kata Mala.

Video Terkini