Liputan6.com, Jakarta Masyarakat masih banyak yang punya pemahaman salah terkait penyandang disabilitas. Untuk meluruskan kesalahpahaman itu, yuk kita ketahui tentang sejumlah hal mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
Dilansir dari disabilityhorizons.com, lima kesalahpahaman tersebut antara lain:
1. Ketika Seseorang Menggunakan Kursi Roda, Berarti Dia Tidak Bisa Berjalan
Advertisement
Dulu dianggap, semua orang dengan disabilitas pasti menggunakan kursi roda. Waktu berlalu dan kini anggapan pun berubah.
Faktanya, tidak semua penyandang disabilitas tidak dapat berjalan. Sebagian dari mereka masih dapat berjalan namun tidak dalam waktu yang panjang.
2. Tidak Dapat Menyebutkan 'Disabilitas' Tanpa Menyinggung Seseorang
Seseorang akan tersinggung dengan ungkapan penyandang disabilitas sekalipun berbicara dengan sopan.Â
Faktanya, seseorang dapat menggunakan idiom ‘orang dengan disabilitas’ atau ‘penyandang disabilitas’. Namun pemilihan topik pembicaraan pun penting, jangan terlalu banyak bertanya mengenai hal yang sangat pribadi.
3. Hanya Pengguna Kursi Roda yang Bisa Memiliki Blue Badge
Blue badge adalah tanda untuk penyandang disabilitas, biasanya ada di tempat parkir agar mereka lebih dekat dengan tempat yang dituju.
Orang-orang beranggapan bahwa blue badge ini hanya bisa digunakan oleh orang dengan kursi roda atau kesulitan bergerak. Padahal, disabilitas dan penyakit kronis memiliki jenis yang banyak.
Seorang penyandang disabilitas yang tidak menggunakan kursi roda atau alat bantu bukan berarti ia tidak berhak menggunakan blue badge.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Terkait Kehidupan Asmara
4. Tidak Ada Teknologi yang Membantu
Alat-alat bantu yang digunakan oleh penyandang disabilitas memiliki fungsi tersendiri. Misal, alat bantu pendengaran yang dipakai penyandang tuli.
Namun, banyak orang tetap menaikkan nada bicaranya walaupun sudah melihat lawan bicara tuli telah mengenakan alat bantu. Hal ini juga berlaku pada alat bantu lainnya.
5. Tidak Ingin dan Tidak Bisa Menjalin Hubungan Asmara
Hal ini tentu saja tidak benar. Setiap orang tentunya memiliki keinginan untuk menjalin asmara, menjalankan pernikahan, dan membangun rumah tangga.
Pemikiran tentang penyandang disabilitas tidak bisa melakukan hubungan tentunya memberikan dampak buruk. Orang-orang menjadi tidak terbuka pikirannya dan cenderung menghindari hubungan dengan penyandang disabilitas.
Anggapan tentang penyandang disabilitas seharusnya menikah dengan penyandang disabilitas lainnya juga merupakan kesalahan besar. Inklusifitas dalam keluarga dapat dibangun dan beberapa contoh membuktikan pernikahan inklusif dapat berakhir bahagia.
Advertisement