Liputan6.com, Jakarta Pemenang kontes kecantikan tunanetra, Simran Chawla mengungkap beberapa etika baik dalam berinteraksi dengan penyandang tunanetra. Hal-hal ini cukup sederhana namun sering dilupakan oleh beberapa orang.
Menurut perempuan asal India ini, “Saat Anda mengakhiri percakapan dengan orang yang memiliki keterbatasan penglihatan, pastikan Anda memiliki kesopanan untuk memberi tahu mereka bahwa Anda meninggalkan ruangan.”
Baca Juga
Memberi tanda setelah tunanetra selesai berbicara juga penting untuk membuat mereka tahu bahwa lawan bicaranya masih menyimak.
Advertisement
“Kami perlu tahu bahwa Anda mendengarkan kami. Saya selalu ingin orang lain merespons ketika saya berbicara karena kita tidak dapat melihat ekspresi wajah orang lain.”
Berikut beberapa etika lain terkait bercakap dengan teman netra menurut newzhook.com:
Bicara secara normal
Pastikan bersikap dan berperilaku secara normal walau tidak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan teman netra. Perlakukan mereka seperti bagaimana biasanya memperlakukan orang lain.
“Mereka tidak membutuhkan hak istimewa khusus dari Anda. Jika Anda merasa tidak mengerti cara berinteraksi yang baik, bicarakan dengan mereka tentang hal itu,” tulis Newz Hook.
Jangan Terlalu Banyak Menyentuh
Identifikasi diri
Rekan netra tidak akan mengetahui siapa yang masuk ke dalam ruangan. Jadi sebelum memulai percakapan, mulailah dengan menyapa.
Hindari mengajukan pertanyaan seperti 'Apa Anda tahu siapa ini?’ Pertanyaan itu bisa sangat menjengkelkan. Semua orang pun tahu, penyandang tunanetra tidak dapat memahami isyarat visual.
Jangan banyak menyentuh
Tidak ada orang yang suka jika orang lain terlalu banyak mengganggu ruang pribadinya. Tidak berbeda dalam kasus orang-orang tunanetra. Hindari terlalu sering menyentuh mereka saat melakukan percakapan.
Bicaralah secara langsung
Bicara secara langsung dengan tunanetra akan lebih baik ketimbang melalui temannya yang tidak tunanetra. Seseorang yang tunanetra dapat mendengar dengan baik. Jadi selalu lebih baik untuk berbicara langsung dengan mereka.
Kritica Purohit, penyandang tunanetra yang fokus pada kebutuhan ruang kerja inklusif untuk tunanetra berpendapat.
“Jangan bersimpati dengan penyandang tunanetra karena Anda tidak tahu apa yang bisa atau tidak bisa mereka capai. Ketika kita tidak mendekati duluan, jangan berpikir bahwa kita sedang sombong,” katanya.
Advertisement