Liputan6.com, Jakarta Sophie Morgan adalah jurnalis Inggris, presenter TV, artis dan aktivis disabilitas. Dia menjadi pengguna kursi roda pada 2003 setelah mengalami cedera tulang belakang akibat kecelakaan lalu lintas.
Sophie Morgan pertama kali menjadi sorotan media ketika dia muncul dalam sebuah film dokumenter BBC berjudul Beyond Boundaries. Film tersebut menampilkan 11 orang dengan disabilitas berbeda bertualang melintasi hutan Nikaragua.
Popularitasnya meningkat ketika dia tampil dalam Missing Top Model di Inggris, di mana delapan model difabel berjuang untuk dinobatkan sebagai pemenang. Meski tidak keluar sebagai pemenang, dia berhasil menjadi model untuk koleksi Stella McCartney Adidas yang disebut My 2012.
Advertisement
Selain aktif di bidang pertelevisian, Sophie juga melakukan banyak kampanye disabilitas dan mendukung banyak badan amal. Satu dekade yang lalu, ia menciptakan Mannequal, kursi roda untuk peragawati.
Dilansir dari disabilityhorizons.com, Mannequal digunakan di toko-toko pakaian pinggir jalan. Tujuannya untuk mengubah persepsi tentang disabilitas dalam industri fashion dan ritel.
Sebelum kecelakaan, Sophie berencana untuk belajar hukum di perguruan tinggi. Namun, setelah lumpuh, ia memutuskan untuk belajar seni. Hasilnya, perempuan ini juga dikenal sebagai seniman lukis profesional yang mahir membuat gambar dan lukisan minyak.
Kisah Disabilitas dan Petualangan Sophie Morgan
“Saya menderita cedera yang cukup parah dalam kecelakaan. Bukan saja tulang punggung yang rusak, tapi wajah saya juga hancur. Butuh waktu beradaptasi dengan kondisi buruk itu,” kata Sophie.
Baginya, fokus pada hal-hal yang masih dapat dilakukan adalah lawan dari pikiran tentang hal yang tidak dapat lagi ia lakukan. Ini merupakan cara mengatasi pikiran negatif yang masih ia gunakan.
Hal yang paling sulit baginya adalah ketika ia tak dapat menjadi orang yang utuh. Namun, usahanya melihat dunia dari posisi yang unik cukup membantu.
“Artinya setiap hari saya bersyukur atas apa yang saya miliki. Itu bisa menjadi hal yang spesial.”
Sophie, yang gemar berpetualang, tak pernah ragu mengunjungi daerah-daerah baru. Ia senang terlibat dalam pembuatan film dokumenter.
Favoritnya adalah dokumenter tentang jumlah anak laki-laki pribumi yang tidak proporsional di penjara Australia. “Saya menghabiskan satu bulan di pedalaman dan kami benar-benar menemukan beberapa kisah luar biasa. Sungguh menakjubkan bisa melakukan perjalanan sejauh ini.”
Baginya, setiap perjalanan berbeda. Ia sulit mengatakan mana yang terbaik atau terburuk. Karena di setiap perjalanan, perempuan ini selalu mendapat pelajaran.
“Disabilitas mengubah perspektif saya tentang kehidupan dan saya memutuskan bahwa saya hanya ingin mempelajari sesuatu yang saya sukai dan membuat saya bahagia,” pungkasnya.
Advertisement