Liputan6.com, Jakarta Di kalangan penyandang tuli, orang-orang memiliki nama panggilan masing-masing dalam bentuk bahasa isyarat. Nama ini diberikan oleh teman tuli untuk orang yang dirasa sudah cukup dekat.
Hal ini disampaikan oleh seorang juru bahasa isyarat, Andhika Pratama. Menurutnya, dalam pemberian nama panggilan ada beberapa hal yang menjadi faktor terbentuknya nama.
Baca Juga
“Sebenarnya tidak sembarangan teman tuli memberi nama panggilan isyarat pada teman dengar. Dia harus bertemu berkali-kali sampai ketahuan kebiasannya apa,” kata Andhika saat ditemui di Jakarta Selatan, (13/2/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, setelah teman tuli mengenal orang tersebut barulah diberikan nama panggilan isyarat. Menurutnya, nama panggilan dalam bahasa isyarat itu diambil dari tiga hal.
“Ciri khasnya orang tersebut, kebiasaannya, atau hobinya.”
Andhika sendiri memiliki nama panggilan isyarat dengan tiga jari diposisikan di kening seperti tanda hormat. Ini karena ia dikenal sebagai orang yang suka dengan kegiatan Pramuka.
Simak Video Pilihan Berikut:
Perkenalan Tahap Awal
Dalam tahap awal perkenalan, seseorang harus mengenalkan nama aslinya terlebih dahulu menggunakan ejaan bahasa isyarat. Kemudian, teman tuli akan membuatkan nama panggilan untuk orang tersebut setelah akrab.
Nama ini dibuat khusus oleh penyandang tuli, bukan dibuat-buat oleh pribadi sendiri. Ini juga menggambarkan sosok seseorang menurut sudut pandang teman tuli.
“Karena yang akan lebih menggunakan nama panggilan ini adalah mereka untuk memanggil. Supaya enggak salah orang. Misal kalau manggil nama Andi, nama itu kan banyak jadi teman tuli akan melihat dari ciri khas orang tersebut.”
Teman dengar yang diberi nama panggilan oleh teman tuli sebetulnya dapat meminta agar nama panggilannya diubah. Namun, hal ini akan sedikit merepotkan teman tuli untuk melihat hal lain yang menjadi ciri khas teman dengar tersebut.
Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan nama panggilan tersebut tergantung pada seringnya seseorang bertemu dengan teman tuli.
“Kalau intensif ada yang dua minggu udah dapet, kalau gak setiap hari ketemu bisa aja sebulan. Paling lama sebulan lah,” pungkas Andhika.
Advertisement