Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang dapat tetap hidup karena menerima donor organ. Namun, orang dengan Down syndrome kerap tidak diberi kesempatan untuk menerima donor.
Salah satu anggota parlemen di Virginia ingin mengubah keadaan ini. Dikutip dari liveaction.org, Delegasi Israel O'Quinn mengajukan permintaan pada negara setempat agar penyandang Down syndrome bisa mendapat donor.
Baca Juga
O'Quinn mendapat keluhan dari keluarga yang mengalami masalah ini. Ia kemudian mengambil tindakan dengan harapan hal ini dapat membantu menyelamatkan nyawa penyandang Down syndrome di Virginia.
Advertisement
Ia berpendapat undang-undang tentang ini harus ditegakkan. Saat ini penegakan federal yang mencegah diskriminasi dalam donasi organ masih kurang. Menurut National Down Syndrome Society atau NDSS “Hanya segelintir negara yang memiliki undang-undang yang melarang diskriminasi ini.”
Simak Video Berikut Ini:
Tidak Berpengaruh Pada Tingkat Keberhasilan Operasi
Undang-Undang tentang disabilitas di Amerika menyebut bahwa diskriminasi terhadap difabel itu dilarang. Namun, sebuah studi tahun 2008 dari Autistic Self Advocacy Network menemukan masih adanya diskriminasi.
Studi menemukan, 85% pusat transplantasi anak masih mempertimbangkan antara menyetujui atau menolak transplantasi pada down syndrome. Transplantasi jantung seringkali menjadi yang paling sulit untuk dilakukan.
Diskriminasi ini terus terjadi, meskipun tingkat keberhasilan transplantasi untuk orang dengan disabilitas intelektual setara dengan populasi umum. Sebagaimana ulasan tahun 2010 dalam American Journal of Transplantation menjelaskan, "Saat ini, tidak ada bukti ilmiah atau data meyakinkan yang menyarankan bahwa pasien dengan Down syndrome tidak boleh memiliki akses ke transplantasi organ."
Masalah diskriminasi dalam transplantasi organ mulai menyebar. Pada 2016, sekelompok anggota parlemen federal dua partai mengirim surat ke Kantor Hak Asasi Manusia, Departemen Kesehatan, dan Layanan Kemanusiaan AS tentang hal itu.
“Sayangnya, banyak pusat transplantasi dan ahli bedah terus menolak untuk memberikan akses ke registrasi transplantasi dan operasi transplantasi untuk orang-orang berkebutuhan khusus,” bunyi surat itu.
Surat itu mencatat pernyataan dari Dr. Arthur Caplan, direktur etika medis untuk Langone Medical Center di Universitas New York. Dia berkata, “Jika penerima potensial mengalami gangguan intelektual yang parah. Saya pikir tidak masuk akal untuk mempertimbangkan anak itu mendapat transplantasi atau tidak.”
Advertisement