Sukses

Isolasi Diri Terasa Menyulitkan Penyandang Disabilitas yang Butuh Pengasuh

Isolasi diri dianggap cara yang efektif untuk cegah penularan Corona COVID-19. Namun, cara ini ternyata memiliki dampak negatif bagi penyandang disabilitas yang biasa bergantung pada pengasuh.

Liputan6.com, Jakarta Isolasi diri dianggap cara yang efektif untung cegah penularan Corona COVID-19. Namun, cara ini ternyata memiliki dampak negatif bagi penyandang disabilitas yang biasa bergantung pada pengasuh.

Lebih dari satu minggu ini, advokat hak-hak disabilitas Nipun Malhotra telah mengurung dirinya di dalam ruangan. Pengguna kursi roda ini sangat ingin keluar rumah. Kini tantangannya bukan hanya tempat yang tidak dapat diakses tapi juga COVID-19.

Ia biasa bergantung pada pengasuh. Isolasi sosial atau isolasi diri yang disebut tindakan perlindungan yang sangat dianjurkan, cukup menyulitkan baginya.

“Mengikuti banyak langkah-langkah ini adalah masalah nyata bagi seorang penyandang disabilitas,” kata Nipun, pada newzhook.com.

“Seluruh tindakan isolasi sosial ini tidak mungkin bagi seseorang dengan disabilitas fisik seperti saya yang sangat bergantung pada pengasuh. Bahkan orang-orang dengan disabilitas intelektual membutuhkan seseorang untuk merawat mereka sepanjang waktu.”

2 dari 3 halaman

Sulit Akses Informasi

Kebingungan yang lebih besar dirasakan oleh komunitas penyandang disabilitas di India. Banyak hal yang menjadi lebih tidak akses. Misal, situs web Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga (Kemenkes), yang memiliki informasi terbaru.

Situs ini tidak dapat diakses oleh orang-orang tunanetra. Informasi juga tidak tersedia dalam bahasa isyarat. Konferensi pers penting juga tidak dapat diakses oleh penyandang tuli karena tanpa juru bahasa isyarat.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Mulanya, konferensi pers sebelumnya tidak dilengkapi juru bahasa isyarat. Setelah komunitas penyandang tuli melayangkan surat kepada Presiden Joko Widodo, barulah juru bahasa isyarat disediakan di seluruh TV.

Aktivis hak disabilitas dan dokter medis Dr Satendra Singh berpendapat, orang dengan disabilitas fisik atau bawaan mungkin tidak memiliki risiko dua kali lebih tinggi dari orang biasa terhadap Corona. Namun, bagi beberapa penyandang disabilitas khusus dan penderita penyakit kronis Corona dapat lebih berbahaya.

“Orang-orang dengan disabilitas yang berada dalam karantina mungkin menghadapi kesepian dan kecemasan dari isolasi sosial yang berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh mereka. Hal ini meningkatkan risiko terkena COVID-19,” kata Satendra pada Newzhook.com.

3 dari 3 halaman

Simak Video Berikut Ini: