Liputan6.com, Jakarta Puteri Indonesia Kalimantan Barat 2019, Karina Syahna membagikan pengalaman mengajar tari bagi anak dengan disabilitas. Perempuan usia 25 ini mulai aktif mengajar tari sejak 7 tahun silam.
Grup tari yang ia pegang bernama G-Star, terdiri dari anak-anak autis, down syndrome, dan tuli. G-Star acap kali unjuk kebolehan di berbagai acara baik di dalam maupun di luar negeri.
“Biasanya kami latihan satu minggu satu kali. Kalau ada acara, kami latihan bisa sampai lima kali dalam satu minggu,” ujar Karina dalam webminar M Talks Konekin.
Advertisement
Menurutnya, untuk menolong dan berkolaborasi, orang harus mau berkenalan, menerima perbedaan, dan stigma di masyarakat tentang disabilitas. Hal tersebut tidak ia anggap sebagai penghalang melainkan tantangan yang harus dihadapi.
Simak Video Berikut Ini:
Penari down syndrome dari Sanggar Tari Gigi Art of Dance meriahkan Asian Para Games di Zona Inspirasi.
Sejak 2013
Awal mula Karina menjadi guru tari untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah saat sanggar tempatnya menari melakukan kolaborasi dengan yayasan difabel.
“Saya menari di sanggar yang berkolaborasi dengan sebuah yayasan dan kami berkolaborasi untuk tampil di luar negeri.”
Kerja sama sanggar tempatnya menari dan yayasan tersebut berjalan kurang lebih satu tahun. Dalam kurun waktu tersebut ia mendapatkan banyak pelajaran tentang bagaimana cara berinteraksi dengan anak-anak down syndrome dan autis.
“Alhamdulillah feedback dari luar negeri terhadap penari down syndrome ini sangat baik. Kerja sama pun selesai tapi ada beberapa anak yang ingin melanjutkan program ini.”
Hal ini dibicarakan dengan pihak sanggar dan akhirnya sanggar menyetujui diadakannya kelas tari untuk ABK. Karina yang mulanya menjadi asisten, sejak 2013 diangkat menjadi guru tari yang menaungi ABK.
Advertisement