Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mempertimbangkan seperti apa rasanya musik favorit Anda? Atau warna hari Selasa? Jika jawabannya ya, Anda mungkin mengalami sinestesia. Untuk orang-orang dengan sinestesia, peristiwa sensorik biasa, seperti mendengarkan musik atau membaca teks bisa melibatkan indera lain, seperti merasakan rasa atau melihat warna.
"Sinestesia tidak harus disamakan dengan metafora umum - seperti mengatakan seseorang 'melihat merah' untuk menggambarkan kemarahan. Sebaliknya, sinestetik adalah persepsi, sangat spesifik dan istimewa, dan biasanya stabil pada masa kanak-kanak. Dan ada banyak jenis: Rasa dapat memiliki bentuk, kata dapat memiliki warna, bulan-bulan dalam setahun mungkin dialami sebagai susunan di sekitar tubuh," ujar Rob van Lier, profesor psikologi kognitif di Radboud University, seperti dilansir Spectrumnews.
Dalam populasi umum, fenomena ini relatif jarang. Hanya 2 hingga 4 persen orang memilikinya. Tetapi sebanyak 20 persen orang dengan autisme ternyata mengalami sinestesia. Mengapa dua kondisi yang relatif jarang terjadi sering terjadi bersama?
Advertisement
Selama beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menemukan bahwa orang dengan sinestesia atau autisme memiliki banyak karakteristik. Synesthetes sering memiliki kepekaan indera dan perbedaan perhatian, serta sifat autisme lainnya. Kedua kondisi tersebut juga memiliki pola konektivitas otak dan kemungkinan gen, yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki dasar biologis yang sama.
Masih banyak pertanyaan yang tersisa: Apa hubungan antara sinestesia dan sifat autisme? Apakah sinestesia berkontribusi terhadap perasaan indrawi yang berlebihan dalam autisme? Apakah individu autisme yang mengalami sinestesia menyadari pengalaman perseptual mereka yang tidak biasa?Â
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Autisme dan Daya Ingat
Salah satu petunjuk pertama bahwa autisme dan sinestesia mungkin terkait datang pada tahun 2007, ketika para peneliti menerbitkan studi kasus seorang autis yang memiliki kecerdasan dengan sinestesia bernama Daniel Tammet. Tammet melihat angka dalam warna dan dengan tekstur dan bentuk, dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Pada tahun 2004, ia membaca 22.414 digit pi dari memori5.
"Kasus ini dan kasus-kasus lain menginspirasi penyelidikan yang tumpang tindih antara kedua kondisi tersebut. Pada saat yang sama, para peneliti mulai melihat pemrosesan sensorik yang berubah pada orang dengan autisme. Pada 2013, perubahan sensorik muncul sebagai kriteria autisme baru dalam edisi kelima Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) yang baru dicetak. Pada tahun yang sama, dua tim peneliti melaporkan peningkatan sinestesia pada orang dengan autisme," pungkas Tessa van Leeuwen, peneliti Postdoctoral di Radboud University.
Advertisement