Sukses

Diamputasi Karena Sepsis, Wanita Tua Ini Tetap Bersyukur

Caroline Coster, wanita asal Inggris menjadi penyandang disabilitas daksa setelah mengalami empat amputasi. Namun, ia mengatakan tidak memiliki kaki dan tangan “tidak akan mengubah siapa diri saya.”

Liputan6.com, Jakarta Caroline Coster, wanita asal Inggris menjadi penyandang disabilitas daksa setelah mengalami empat amputasi. Namun, ia mengatakan tidak memiliki kaki dan tangan “tidak akan mengubah siapa diri saya.”

Wanita usia 58 ini terkena COVID-19 pada Maret dan sempat pulih. Namun, tak lama kemudian ia terkena sepsis. Ini adalah kondisi di mana bahan kimia yang dimasukkan ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi malah memicu peradangan di seluruh tubuh.

Ia dilarikan ke Rumah Sakit Bedford, Inggris dan sempat mengalami koma. Bahkan, sempat disebut hampir meninggal dua kali.

"Berada dalam keadaan koma dapat digambarkan dengan baik karena rasanya seperti saya terjebak dalam video gim," katanya mengutip BBC.

Hampir satu bulan ia terbaring di rumah sakit dalam keadaan koma dan dokter hampir dua kali mematikan mesin pendukung kehidupannya.

"Ketika gim dimatikan, maka saya juga,” tulisnya dalam blog.

"Ketika pertandingan dinyalakan, yang saya lihat adalah kepala putih tanpa tubuh datang ke arah saya dan berkata 'Caroline, Caroline, bangun'."

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tetap Bersyukut

Ibu dua anak ini akhirnya mulai pulih tetapi karena dokter telah mengalihkan aliran darahnya ke organ-organ vital, tangan dan kakinya telah kehilangan darah dan menjadi hitam.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa tangannya tampak seperti tangan "mumi Mesir".

"Mereka (kaki dan tangan) hitam dan layu. Saya sangat bersyukur masih bisa hidup sehingga bukan masalah besar bagi saya untuk kehilangan mereka."

Di blog-nya, dia menambahkan "Kehilangan kaki dan tangan tidak mengubah siapa saya."

Caroline yang akan mulai rehabilitasi, berharap menggunakan tangan dan kaki buatan tetapi harus mengumpulkan uang untuk peralatan khusus, termasuk telepon dengan pengenalan wajah, kamar mandi yang dapat ia gunakan secara mandiri dan alat bantu mobilitas.

Dia juga telah membuat rencana untuk mendaftarkan anjingnya, Duke, sebagai anjing terapi dan ingin kembali ke rumah sakit dengannya.

"Saya tidak pernah mempertanyakan mengapa ini terjadi pada saya? Melainkan sangat menyadari betapa beruntungnya saya."