Liputan6.com, Jakarta Fitri Asih, Sutriani, dan Umi Amanah adalah tiga guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang patut dicontoh. Ketiganya memiliki semangat mendidik dan mencari ilmu yang luar biasa walau dalam keadaan pandemi COVID-19.
Menurut Ketua Himpunan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Prof. Dr. Ir. Netti Herawati M.Si, ketiganya tetap berjuang mengikuti pelatihan secara daring walau dihadapkan dengan berbagai kendala. Terutama kendala sinyal.
Tiga wanita tangguh tersebut adalah pendidik PAUD Cipta Aksara di Desa Sidomulyo. Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu.
Advertisement
Netti menjelaskan bahwa daerah ini memang sangat sulit sinyal internet sehingga guru harus mencari lokasi yang tepat untuk mendapatkan jaringan internet. Tempat yang mudah untuk mendapatkan jaringan adalah di daerah pegunungan dengan perjalanan 3 km menuju puncak.
“Jarak dari rumah ke kecamatan tempat sinyal kuat 12 km ditambah perjalanan ke puncak bukit lebih dari 3 km,” kata Netti melalui pesan singkat, Senin (27/7/2020).
Jarak jauh tidak menyurutkan semangat ketiganya, mereka memiliki motivasi yang kuat yaitu ingin meningkatkan kompetensi.
Selama pandemi, proses pembelajaran yang dilakukan adalah keliling ke setiap rumah siswa. Kegiatan belajar ini dilakukan 4 kali dalam seminggu.
Simak Video Berikut Ini:
Berbekal Karung Bekas
Menurut Yuni, salah satu anggota HIMPAUDI Bengkulu, Fitri, Sutriani, dan Umi memang sangat antusias mengikuti pelatihan, karena memang mereka haus akan ilmu dan di daerah jarang sekali ada pelatihan untuk Pendidik PAUD.
“Setiap ada informasi kegiatan pelatihan pasti paling duluan daftar,” katanya melalui pesan singkat.
Selama masa pandemi, kegiatan pelatihan selalu dilakukan secara daring, maka setiap itu pula guru ini ikut dan harus menuju gunung guna mengikuti kegiatan secara daring tersebut.
Biasanya mereka berangkat dengan bekal seadanya, seperti karung bekas untuk alas duduk.
“Demi mendapatkan sinyal untuk mengikuti pelatihan, guru-guru ini pergi ke daerah pegunungan dan bawa karung bekas dari rumah untuk alas duduk mereka dan yang lebih mengharukan tetap dengan seragam HIMPAUDI,” kata Yuni.
“Perjuangan yang luar biasa dilakukan guru, meski saat ini anak belajar dari rumah di mana orangtua tidak membayar, tapi mereka tetap membeli kuota internet dengan biaya sendiri,” pungkasnya.
Advertisement