Liputan6.com, Jakarta Titi Kekenusa, seorang aktivis disabilitas asal Sulawesi Utara menceritakan pengalamannya melawan stigma terhadap difabel di lingkungan keluarga.
Menurutnya, ia sempat menjadi pengajar ngaji untuk seorang teman dengan disabilitas daksa. Disabilitas yang disandang membuat temannya tidak mampu hidup mandiri, bahkan bicara pun tidak terlalu jelas.
Hingga usia lebih dari 30 tahun, temannya itu tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.
Advertisement
“Dia tidak pernah mengenyam pendidikan karena orangtuanya masih memiliki stigma bahwa difabel tidak cocok untuk sekolah,” ujar Titi dalam Kongkow Inklusif Konekin (18/7/2020).
Ia menambahkan, stigma terhadap penyandang disabilitas tidak hanya datang dari masyarakat lain. Namun, dari keluarga sendiri pun stigma itu bisa tumbuh.
Simak Video Berikut Ini:
Perjuangan Melawan Stigma Keluarga
Disabilitas dan stigma keluarga tidak serta merta membuat teman Titi putus asa dan menyerah. Ia menunjukkan semangat belajar dengan meminta salah satu saudaranya untuk mengajarkan baca tulis.
“Salah satu saudara yang sering datang ke rumahnya mengajarkan baca dan tulis jadi dari sana dia belajarnya,” kata Titi.
Satu ketika, teman difabel itu meminta Titi untuk mengajar ngaji. Namun, keputusan ini tidak mudah untuk direalisasikan karena orangtua penyandang disabilitas itu tidak mengizinkan.
“Saya minta izin dan perdebatan sempat alot karena orangtuanya pikir hanya akan merepotkan.”
Namun, setelah diyakinkan, akhirnya kegiatan belajar mengaji pun bisa terlaksana. “Sekarang dia sudah bisa ngaji walau pelafalannya tidak jelas karena disabilitas yang disandangnya, kini dia sudah bisa mengaji sendiri.”
Advertisement