Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Ginanjar Rohmat merangkum klasifikasi tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatan menurut beberapa ahli.
Secara garis besar, berdasarkan ketajaman penglihatan yang masih tersisa, tunanetra diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu kurang lihat (low vision) dan buta total (totally blind).
Baca Juga
“Menurut Sutjihati Somantri (2012: 66), seorang anak dikatakan kurang lihat (low vision) bila anak tersebut masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman indera penglihatannya lebih dari 6/21, atau bila anak tersebut hanya mampu membaca headline yang ada di koran,” tulis Ginanjar dalam penelitiannya dikutip pada Rabu (16/9/2020).
Advertisement
Dengan kata lain, anak dengan low vision hanya dapat melihat atau membaca dengan jelas objek yang berjarak 6 meter, padahal objek tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh orang yang memiliki penglihatan normal dari jarak 21 meter.
Pendapat lain mengemukakan bahwa seorang anak termasuk ke dalam kategori kurang lihat (low vision) bila anak tersebut masih memiliki penglihatan yang buruk walaupun telah dikoreksi, tetapi fungsi penglihatannya masih dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan (Ardhi Widjaya, 2013: 21).
Hallahan & Kaufman (2009: 381) mengungkapkan bahwa berdasarkan definisi pendidikan, seorang anak tunanetra yang termasuk ke dalam kategori kurang lihat (low vision) membutuhkan beberapa adaptasi, seperti kaca pembesar atau buku yang dicetak besar.
Simak Video Berikut Ini:
Tunanetra Total
Kebutuhan anak low vision berbeda dengan kebutuhan dari anak tunanetra kategori buta total (totally blind). Ardhi Widjaya (2013: 21) menyatakan bahwa bila seorang anak tidak memiliki penglihatan sama sekali atau hanya memiliki persepsi cahaya sehingga harus mengoptimalkan indera-indera non-penglihatannya, maka anak tersebut termasuk ke dalam anak tunanetra kategori buta total atau totally blind.
Hallahan & Kaufman (2009: 381) berpendapat bahwa seorang anak yang termasuk ke dalam kategori anak buta atau totally blind harus belajar membaca Braille. Selain itu, dapat juga mengoptimalkan pembelajaran melalui audio dan rekaman.
Advertisement