Sukses

Paige Layle Mendobrak Stereotip Autisme Lewat Konten Tiktok

Paige Layle terkenal karena mengedukasi masyarakat melalui kontennya di media sosial mengenai label tentang autisme.

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang memberi tahu Paige Layle yang berusia 20 tahun bahwa dia "tidak terlihat autisme", mulai dari komentator video TikTok hingga pewawancara di stasiun TV lokal. Mereka biasanya memaksudkannya sebagai pujian, tetapi, Layle ingin mereka tahu bahwa itu bukanlah pujian.

“Banyak orang berkata seperti, Kamu terlalu cantik untuk menjadi autisme,” katanya kepada TMRW. “Saya akan berkata, Oh, memang seperti apa autisme itu?”

Layle, perempuan yang berasal dari Ontario selatan, Kanada, menjadi viral awal tahun ini karena mengecam tren audio TikTok populer yang menggunakan autisme sebagai penghinaan. “Autisme dan menjadi bodoh bukanlah persamaan, oke?” kata Layle dalam video tersebut. “Halo, saya autisme. Saya juga orang terpintar yang pernah saya temui, oke? ”

Fakta bahwa orang biasanya tidak mengaitkan wanita yang cerdas, ramah, dan menarik dengan autisme adalah hal yang tidak masuk akal bagi Layle. Dengan konten edukatif yang ia buat mengenai label terhadap autisme, videonya langsung booming. Sejak saat itu, ia memfokuskan saluran TikToknya pada masalah terkait autisme. Layle telah  memiliki lebih dari 800.000 pengikut dan 21 juta likers.

Dalam seluruh konten yang ia buat, Layle menganggap video yang paling berpengaruh adalah video yang mendidik masyarakat tentang bagaimana mereka dapat mengubah perilaku mereka sendiri untuk membuat dunia lebih mudah diakses oleh para difabel.

 

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Video edukasi

Dalam video yang Layle buat, salah satu kontennya mengenai tips untuk berkomunikasi lebih baik dengan seorang dengan autisme.

“Hal pertama: sarkasme, idiom, metafora, perumpamaan, tidak. Jangan gunakan. Kami tidak bisa membaca pikiran. Lebih penting lagi, kami tidak dapat mengerti perkataan dengan makna ganda, jadi katakan saja apa yang Anda inginkan!”

Layle tidak selalu terbuka tentang diagnosisnya. Hal ini terjadi saat ia berusia 15 tahun dan hal itu sempat membuatnya merasa benar-benar enggan untuk hidup. Layle bercerita bahwa diagnosisnya datang terlambat. Hal ini relatif berbeda dengan laki- laki. Misalnya, teman laki-lakinya telah didiagnosis saat balita. Karena itu, hal ini menyoroti kesenjangan besar dalam pemahaman masyarakat tentang pria dengan autisme versus wanita dengan autisme.

"Saat dokter mempelajari autisme, mereka hanya mempelajari pria," kata Layle, dalam video seri TikTok empat bagian tentang bagaimana autisme muncul pada wanita. "Ini membuat orang lain lebih sulit untuk didiagnosis karena semuanya didasarkan pada otak laki-laki."

Layle juga menjelaskan bahwa ciri autisme terlalu memiliki stereotip. Misalnya seperti sikap antisosial. Hal ini sering kali tidak berlaku untuk wanita karena faktanya perempuan bisa menjadi "terlalu sosial" dan memberi terlalu banyak kontak mata.

Selain itu, Layle menambahkan bahwa wanita dengan autisme juga sangat pandai "menutupi", atau meniru sifat semua orang di sekitarnya sehingga mereka tampak neurotipikal.

Bagi wanita, autisme dapat muncul melalui kelainan mental lainnya, seperti OCD, depresi, dan kecemasan. Layle telah didiagnosis dengan ketiganya.

Sayangnya, berbagai pengalaman autisme jarang ditampilkan di media. Karena kurangnya representasi positif . Layle bercerita bahwa setelah dia didiagnosis neneknya berkata, "Tidak, itu salah," dan neneknya menolak untuk menerima diagnosisnya. Kemudian, pacarnya juga pernah menyuruhnya untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang hal itu.

Karena itu, selama dua tahun berikutnya, Layle merahasiakan autismenya. Ia terus-menerus menutupi kondisinya dan tidak pernah meneliti gangguan tersebut lebih lanjut. Dia hanya menyimpannya.

"Saya pikir setelah putus dengan laki-laki itu, saya benar-benar menerima diri saya yang kemudian membuat saya mulai merangkul kondisi autisme saya," kata Layle. “Saat dia dan aku putus, aku seperti, Aku bisa mulai jadi diriku sendiri. Apakah diriku?”

Layle berharap, melalui konten dan video TikTok miliknya, ia dapat membantu menyebarkan kesadaran tentang realitas autisme dan memecah label dan kesalahpahaman yang merugikan orang-orang dengan autisme.

“Saya baru berusia 20 tahun. Saya masih memiliki banyak kehidupan yang tersisa. Dan semoga bisa berubah sementara ini, ”kata Layle. “Tapi yang saya inginkan adalah hal-hal berubah untuk anak-anak saya, dan anak-anak saat ini. Saya tidak ingin mereka harus melalui apa yang saya alami."

 

 

(Vania Accalia)

3 dari 3 halaman

Infografis Pfizer vaksin mRNA Covid-19