Sukses

Mengenal 2 Sistem Bahasa Isyarat di Indonesia, Mana yang Lebih Digemari?

Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Padang Dr. Martias Z., S. Pd.,M. PD. Menerangkan tentang definisi bahasa isyarat.

Liputan6.com, Jakarta Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Padang Dr. Martias Z., S. Pd.,M. PD. menerangkan tentang definisi bahasa isyarat dan dua sistemnya yang berlaku di Indonesia.

Menurutnya, bahasa isyarat adalah bahasa yang menggunakan anggota tubuh untuk berkomunikasi dengan sesama pada insan berkebutuhan khusus yaitu penyandang tuli atau kurang mendengar.

Bahasa ini digunakan untuk menyampaikan pesan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Dalam praktiknya bahasa isyarat digunakan dengan memberi isyarat melalui gerakan tangan, gerakan lengan, gerakan tubuh, serta ekspresi wajah untuk saling berkomunikasi.

“Ada dua sistem bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO),” ujar Mastias dalam webinar Konekin, ditulis pada Senin (19/10/2020).

Ia menambahkan, SIBI adalah bahasa isyarat yang diciptakan oleh mantan kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Widya Bakti Semarang, Anton Widyatmoko, bekerja sama dengan mantan kepala SLB di Jakarta dan Surabaya sekitar tahun 2001.

Munculnya SIBI diikuti dengan lahirnya Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) guna memperjuangkan bahasa isyarat yang lebih alami dan sesuai dengan nurani para penyandang tuli di Indonesia yaitu BISINDO. Alasannya, karena BISINDO lebih mudah dipahami dan sesuai dengan perkembangan bahasa di Indonesia ketimbang SIBI.

“Jadi bagi penyandang tuli, BISINDO tuh sangat memudahkan mereka untuk berkomunikasi dibandingkan dengan SIBI. Sedangkan, di dunia pendidikan, bahasa isyarat yang digunakan adalah SIBI.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Penyandang Tuli Pro BISINDO

Hingga kini, penggunaan BISINDO lebih digemari oleh masyarakat tuli ketimbang SIBI. Hal ini dikarenakan BISINDO adalah bahasa isyarat yang mengadopsi nilai budaya asli Indonesia dan mudah digunakan untuk berkomunikasi di antara kaum tuli dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, kecepatan dan kepraktisan BISINDO lebih mudah dipahami dan dimengerti kaum tuli walaupun tidak mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia.

Menurut Martias, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam BISINDO-nya. Dengan kata lain, BISINDO lebih beragam dan dapat disesuaikan dengan kekhasan daerah masing-masing ketimbang SIBI.

“Di kampus tempat saya bekerja (UNP) yang berkembang adalah BISINDO yang digunakan tak hanya di jurusan PLB, tapi ada juga di jurusan konseling, seni rupa, dan tata boga,” pungkasnya.  

3 dari 3 halaman

Infografis Disabilitas