Sukses

Di Usia 13 Tahun, Ellen Keane Jadi Atlet Renang Paralimpiade Termuda Irlandia

Kisah Ellen Keane, atlet renang dengan dysmelia yang mampu jadi atlet termuda Irlandia pada saat usianya 13 tahun.

Liputan6.com, Jakarta Ellen Keane adalah seorang atlet renang paralimpiade yang terlahir dengan lengan kiri dysmelia atau kelainan bawaan yang ditandai dengan anggota tubuh yang hilang atau pendek. Namun, kekurangannya tak menghentikannya tapi malah menjadikannya sebagai salah satu atlet paralimpiade termuda di Irlandia.

Ellen bercerita bahwa sejak awal dirinya tidak fokus terhadap kekurangan yang dimilikinya. Ia tidak malu karena kekurangannya karena ia menganggap hal itu sebagai kekuatan.

“Saya tidak fokus kepada apa yang tidak bisa dilakukan tubuh saya. Karena olahraga saya menjadi lebih kuat daripada kebanyakan orang yang berbadan sehat. Saya jadi  mempertanyakan mengapa saya harus malu dengan tubuh saya ketika saya mungkin bisa mengangkat lebih banyak beban dengan satu tangan daripada orang lain dengan seluruh tubuhnya."

Dengan sikap fokus pada apa yang dapat ia lakukan, Ellen dapat fokus pada kekuatannya. Usahanya mendorong ia ke dalam olahraga yang lalu membuatnya menjadi atlet Paralimpiade termuda di Irlandia pada usia 13 dan dinobatkan sebagai perenang Paralimpiade sebanyak tiga kali pada usia 25.

Selain menjadi atlet professional, Ellen juga telah berhasi menyelesaikan gelar dalam Kewirausahaan Kuliner di Institut Teknologi Dublin. Ia bercerita bahwa sikap keras kepalanya juga mempengaruhi pertumbuhan kepercayaan dirinya.

"Saya tidak pernah menyukai orang yang membantu saya," katanya, dilansir dari Independent.ie.

 

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Kesulitan Yang Dihadapi

Ia mengingat saat frustrasi selama masa kecilnya ketika mengikat rambutnya tampak seperti sesuatu tugas yang mustahil.

"Itu hanya cara hidup," kata Ellen.

Ia mengaku bahwa kadang kekurangannya dapat menyebabkan perasaan cemas dan frustrasi. Namun, Ellen mengatasi masa-masa sulit dengan sikap terbuka dan jujur.

"Saya memiliki psikolog untuk diajak bicara dan saya pikir sangat penting untuk memiliki saluran keluar dan melakukan percakapan itu."

Selain itu, dalam masa pertumbuhannya, Ellen mengakui bahwa dia merasa insecure dengan lengannya dan biasanya menyembunyikannya. Namun, kepergiannya ke perguruan tinggi adalah titik balik penting dalam membangun rasa cinta dengan tubuhnya.

"Begitu saya mulai memamerkan lengan saya, banyak orang yang memiliki masalah dengan tubuh atau citra tubuh mereka berkata seperti 'karena kamu, saya ingin menunjukkan kekurangan saya, dan saya seperti wow sungguh luar biasa efek yang dapat Anda miliki pada seseorang tanpa menyadarinya,” ujar Ellen.

Saat ditanya apakah Ellen berani mengakui keterbatasannya, atlet renang yang sekarang dapat berenang dengan gaya dada 100m dalam waktu kurang dari dua menit ini menjawab dengan sepenuh hati "ya".

"Aku mencintai tubuhku. Aku mencintai lenganku. Aku tahu pasti bahwa aku tidak akan berada dalam situasi seperti ini jika aku tidak memiliki disabilitas. Dengan mengakui keterbatasan dan bangga atas itu, kau memberi orang lain mengizinkan untuk melakukan hal yang sama dan menunjukkan kepada orang-orang yang bukan penyandang disabilitas bahwa itu bukanlah hal yang menakutkan atau hal yang buruk. Saya pikir banyak orang dengan disabilitas perlu menyadari bahwa keterbatasan mereka adalah hal yang kuat dan dapat mereka gunakan untuk memiliki kehidupan yang hebat."

 

 

 

(Vania Accalia)

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas