Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang, Alies Poetri Lintangsari menemukan bahwa mahasiswa tuli acap kali mengalami kesalahan penulisan akibat perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan.
Menurutnya, bahasa tulis mempunyai perbedaan karakteristik yang sangat jauh dengan bahasa lisan maupun bahasa isyarat. Dalam bahasa lisan maupun bahasa isyarat, ekspresi, intonasi, dan bahasa tubuh pembicara dapat membantu memaknai arti sebuah ujaran.
Baca Juga
“Untuk membantu memaknai arti sebuah tulisan, penulis hendaknya menguasai tata cara penulisan agar tulisannya dapat lebih mudah dipahami. Dalam kaidah penggunaan bahasa tulis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis, di antaranya adalah penggunaan huruf kapital atau huruf miring, tertib penulisan kata dasar, bentuk dasar dan bentuk kata berimbuhan, serta aturan umum penggunaan tanda baca seperti penggunaan tanda baca titik, koma, tanda seru dan lain sebagainya,” mengutip penelitian Alies pada Sabtu (7/11/2020).
Advertisement
Alies menambahkan, mahasiswa tuli mengandalkan kemampuan visual untuk memahami sebuah pesan dalam komunikasi begitu juga untuk menyampaikan pesan melalui bahasa isyarat, gambar, atau tulisan.
Namun, dikarenakan ada perbedaan tatabahasa antara bahasa isyarat dan bahasa tulis, dan juga penggunaan bahasa isyarat alam dan BISINDO lebih digemari daripada SIBI, maka, mahasiswa tuli seringkali mengalami beberapa kesulitan untuk memahami logika dan struktur bahasa tulis.
Kecenderungan kesalahan penulisan datang dari mahasiswa yang berasal dari sekolah luar biasa (SLB) yang tidak terbiasa dilatih untuk menulis sesuai dengan kaidah bahasa Tulis, sedangkan mahasiswa yang berasal dari SMA inklusi lebih sedikit melakukan kesalahan dalam penulisan.
Simak Video Berikut Ini:
Pemahaman Bervariasi
Pada dasarnya, kemampuan mahasiswa tuli dalam memahami bahasa tulis sangat bervariasi, kata Alies. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah asal sekolah, baik sekolah inklusif maupun sekolah luar biasa.
“Ada kecenderungan bahwa mahasiswa tuli yang berasal dari sekolah inklusif memiliki kemampuan menulis yang lebih baik daripada mahasiswa yang berasal dari sekolah luar biasa.”
Pola komunikasi mahasiswa tuli juga turut mempengaruhi kemampuan menulis. Kognitif, motivasi, pola pergaulan dan juga kondisi keluarga turut berperan dalam menunjang mahasiswa tuli dalam mempelajari bahasa tulis.
Beberapa kesalahan umum yang seringkali dilakukan oleh mahasiswa tuli dalam menulis adalah kesalahan tata bahasa. Hal ini dikarenakan belum ada pemahaman bahwa bahasa tulis dan bahasa isyarat memiliki tata bahasa yang berbeda. Sehingga, seringkali bahasa tulis yang ditulis oleh mahasiswa tuli menghasilkan tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa dalam bahasa tulis.
Beberapa kesalahan yang terkait dengan tata bahasa adalah penempatan Subjek, Predikat dan Objek (SPO) yang seringkali terbalik.
Advertisement