Sukses

Mengenal Sistem Kalender untuk Bantu Pendidikan Anak Disabilitas Ganda

Ketika anak pada umumnya dapat melakukan suatu pekerjaan hanya dengan melihat contoh dari orang lain, berbeda halnya dengan anak yang memiliki disabilitas ganda. Dalam pengajaran kegiatan sehari-hari diperlukan sebuah cara yang disebut sistem kalender.

Liputan6.com, Jakarta Ketika anak pada umumnya dapat melakukan suatu pekerjaan hanya dengan melihat contoh dari orang lain, berbeda halnya dengan anak yang memiliki disabilitas ganda. Dalam pengajaran kegiatan sehari-hari diperlukan sebuah cara yang disebut sistem kalender.

Menurut Kepala Sekolah Luar Biasa  (SLB) Helen Keller Yogyakarta Fransiska Rina Wigati. S. Pd sistem kalender adalah sebuah pengajaran bagi disabilitas ganda seperti tuli sekaligus tunanetra agar dapat melakukan sebuah kegiatan.

Sistem ini diajarkan dengan menggunakan benda konkret atau miniatur bisa pula potongan kecil dari benda aslinya. Misal, jika anak membutuhkan handuk maka diperlukan potongan kecil dari handuk sebagai media penyampai pesan.

Contoh lainnya adalah ketika mengajak anak untuk minum. Guru, orangtua, atau pendamping tidak hanya menarik anak itu untuk minum tapi harus menginformasikannya terlebih dahulu.

“Caranya adalah dengan menunjukkan apa yang bisa dia mengerti. Kita menunjukkan gelas, kemudian kita mengajaknya ke dapur dengan begitu kita sungguh memanusiakan manusia dengan mengajak mereka berkomunikasi tidak asal menarik mereka seperti robot," ujar Fransiska dalam lokakarya di Yogyakarta, Senin (9/11/2020).

Ia menekankan, anak dengan disabilitas ganda juga memiliki perasaan dan mereka tahu bagaimana harus diperlakukan dengan baik.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Belajar dari Sentuhan

Jika anak pada umumnya belajar melalui penglihatan atau pendengaran, anak dengan disabilitas ganda cenderung belajar dari sentuhan.

“Anak-anak biasa mungkin bisa tahu cara mematikan lampu hanya dengan melihat dan tanpa diajarkan. Tapi anak dengan disabilitas ganda tidak. Mereka bahkan tidak bisa membaca dan menulis.”

Ketidakmampuan membaca dan menulis dikarenakan keterbatasan penglihatan dan pendengaran anak. Menurut Fransiska, hal ini juga sangat berpengaruh pada cara komunikasi.

Tidak seperti penyandang tuli, anak dengan disabilitas ganda bahkan tidak bisa melihat gerakan bahasa isyarat. Dengan demikian, jari jemari menjadi media penting pengganti mata dan telinga. Mereka cenderung menggunakan bahasa isyarat hands to hands atau saling menyentuh tangan untuk membaca isyarat.

Fransiska memberikan salah satu contoh anak didiknya yang menyandang disabilitas ganda. Anak tersebut adalah Handoko yang kini duduk di kelas VIII.

Handoko adalah penyandang disabilitas tuli dan tunanetra total. Walau demikian, ia memiliki tingkat intelektual yang tinggi.

“Tuhan memang adil, ketika penglihatan dan pendengarannya diambil, Handoko diberi kelebihan dalam indra perasanya. Bahkan mungkin ia lebih peka daripada kita. Ia dapat mengenali orang hanya dari sentuhannya, ia dapat membedakan perbedaan sentuhan setiap guru," tutupnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Disabilitas