Sukses

Paparan Kebisingan dari Mesin Industri Bisa Sebabkan Tuli Permanen pada Pekerja

Penggunaan mesin di lingkungan industri acap kali menimbulkan masalah kebisingan yang dapat berakhir pada masalah tuli bagi orang sekitar.

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan mesin di lingkungan industri acap kali menimbulkan masalah kebisingan yang dapat berakhir pada masalah tuli bagi orang sekitar.

Lebih luas lagi, kebisingan dapat menyebabkan gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak senang, dan gangguan faal tubuh yang menyerang sistem keseimbangan dan sistem kardiovaskular.

Menurut peneliti dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Pristi Rahayu dan Eram Tunggul Pawenang, kebisingan dapat menimbulkan tuli permanen pada pekerja.

“Bising di industri sudah lama merupakan ancaman serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen,” tulis Pristi dan Eram dalam penelitiannya dikutip Senin (30/11/2020).

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Dampak Buruk bagi Pihak Industri

Selain bagi pekerja, kebisingan juga memiliki dampak buruk bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi.

Peneliti menambahkan, bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang (35 persen dari total populasi industri di Amerika dan Eropa) terpajan bising 85 dB atau lebih.

Ketulian yang terjadi dalam industri menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa.

Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan bising dengan intensitas lebih dari 85 dB. Pada 246 orang tenaga kerja yang memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi asuransi, ditemukan 85 persen menderita tuli saraf, dan dari jumlah tersebut 37 persen didapatkan gambaran takik pada frekuensi 4000 Hz dan 6000 Hz. (Damayanti Soetjipto, 2007).

Pengaruh utama kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengar, yaitu menyebabkan trauma akustik, ketulian sementara dan tuli permanen.

Gangguan pendengaran akibat bising merupakan salah satu dari empat penyebab utama masalah ketulian yang terjadi di Indonesia selain otitis media supuratif kronik, tuli kongenital dan tuli pada usia lanjut/presbikusis (Kepmenkes RI 879/Menkes/SK/XI/2006).

Daerah yang pertama terkena masalah dari paparan kebisingan adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.

Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak (Rambe, 2003).

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas