Sukses

Toples Kekhawatiran, Cara Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus Meredam Tekanan

Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) acap kali merasa khawatir tentang perkembangan anaknya. Kekhawatiran itu biasanya terkait dengan bagaimana kehidupan anaknya di masa depan dan kekhawatiran lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) acap kali merasa khawatir tentang perkembangan anaknya. Kekhawatiran itu biasanya terkait dengan bagaimana kehidupan anaknya di masa depan dan kekhawatiran lainnya.

Berbagai kekhawatiran yang menumpuk dalam benak orangtua akan menimbulkan masalah tekanan mental tersendiri jika tidak ditangani dengan baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meredam kekhawatiran itu adalah dengan meluapkan kekhawatiran dengan metode yang disebut “Toples Kekhawatiran.”

Menurut praktisi terapi bermain untuk ABK, Grace Melia, toples kekhawatiran dapat dibuat dengan menggunakan alat-alat sederhana yaitu pensil dan kertas putih saja.

“Saya ajak teman-teman gambar toples di atas kertas, terus anggaplah toples itu sebagai tempat kita menulis dan membuang kekhawatiran kita,” ujar Grace dalam webinar Konekin, ditulis pada Sabtu (5/12/2020).

Toples tersebut berfungsi sebagai tempat sampah untuk membuang kekhawatiran. Jadi orangtua tahu bahwa kekhawatirannya sudah berada di tempat lain bukan di kepalanya lagi.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tentukan Satu Waktu

Ia menambahkan, kekhawatiran yang dituliskan adalah kekhawatiran yang benar-benar dirasakan, seperti khawatir tentang komunikasi anak di masa depan, khawatir bagaimana sekolah anak, pekerjaannya, kemandiriannya, dan lain-lain.

“Tapi ingat, kita hanya boleh menulis kekhawatiran itu satu hari satu kali saja. Jadi jika kita sudah mengisi toples di pagi hari, kalau masih ada kekhawatiran kita harus tunggu besok pagi lagi untuk menuliskan.”

Hal ini dilakukan supaya melatih orangtua dalam mengelola kekhawatiran, kata Grace.

“Karena kalau kita tidak mengelola kekhawatiran, lama-lama kita habis sendiri. Habis energi kita, habis pikiran kita untuk merasakan kekhawatiran itu.”

Jika kekhawatiran tidak dikelola dengan baik maka pikiran-pikiran tersebut akan berdampak pada fisik. Dapat berupa pusing, jantung berdebar-debar, dan gejala lainnya.

Penulisan kekhawatiran pun lebih baik dilakukan langsung dengan tulisan tangan agar pelepasan kekhawatiran terasa lebih nyata, tutup Grace.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas