Sukses

Lewat Toilet Umum Ramah Disabilitas, Jepang Menunjukkan Inklusifitas Lewat Infrastruktur

Bekerjasama dengan 16 arsitek dan desainer dari seluruh dunia Japan Foundation menata ulang 17 toilet umum di lingkungan Shibuya.

Liputan6.com, Jakarta Menurut kepercayaan warga Jepang, toilet umum adalah simbol budaya keramahan negara yang secara lokal dikenal sebagai omotenashi. Sekarang proyek Tokyo Toilet mengambil konsep inklusif dan aman dengan menata ulang 17 toilet umum yang ramah disabilitas.

Hayato Hanaoka dari Japan Foundation menemukan betapa tidak begitu mudah diaksesnya toilet umum untuk semua kalangan. Sehingga kebanyakan orang tidak ingin menggunakan toilet umum. Secara umum, hanya segelintir orang seperti supir taksi yang menggunakannya. Maka itu, ia bekerjasama dengan 16 arsitek dan desainer dari seluruh dunia untuk menata ulang 17 toilet umum di lingkungan Shibuya.

Seorang warga Jepang dengan disabilitas misalnya, Takaharu Nakamura yang harus menggunakan kursi roda untuk bergerak, mengatakan, "Ketidakmampuan saya untuk bergerak bukan tantangan terbesar yang saya hadapi saat ini. (Karena) Saya bisa bergerak kesana-kemari menggunakan kursi roda. Yang paling saya khawatirkan adalah toilet umum. Kecemasan tentang hal itu bisa menahan saya untuk pergi keluar."

Sama halnya dengan pengguna kursi roda lain, Mizuho Hayakawa. Ia mengatakan sebelum mengunjungi tempat yang baru pertama kali ia kunjungi, hal pertama yang ia pastikan yaitu keberadaan toilet umum yang bisa digunakan secara universal dan bagaimana agar ia bisa mencapainya.

"Toilet umum yang bisa digunakan dengan mudah dan nyaman adalah hal yang esensial untuk dicapai. Dunia yang inklusif, dimana semua orang bisa pergi dan berpartisipasi," kata Hayato. Sejauh ini, sudah ada 7 toilet umum inklusif yang telah selesai direnovasi. Sepuluhnya lagi direncanakan untuk tahun 2021.

Hal yang membuat unik toilet umum di Jepang yaitu yang didesain oleh arsitek Shigeru Ban. Toiletnya transparan, memungkinkan orang untuk mengecek kebersihannya lebih dulu sebelum digunakan. Sekalinya Anda mengunci pintunya dari dalam, kacanya secara otomatis akan tidak tembus pandang. sehingga orang tidak perlu khawatir saat menggunakannya.

Toilet lainnya yang didesain Nao Tamura, lain dari toilet umum pada umumnya, ia menggunakan warna merah terang. Sehingga sangat menonjol. Desainnya merefleksikan omotenashi, keramahan warga Jepang. Warga Jepang secara khusus menaruh perhatian pada toilet umum dan menjaganya agar selalu dalam kondisi bersih.

"Perjalanan kita masih panjang untuk menjadi masyarakat inklusif, namun kami ingin mempertahankan budaya keramahan di toilet umum kami," kata Hayato, seperti dikutip BBC.

Asosiasi profesor Tokyo University Junichiro Tokue mengatakan, "Keramahan Jepang lain daripada negara lainnya. Keramahan (dimanapun) berarti Anda memenuhi permintaan dari tamu dan mungkin menyediakan beberapa layanan tambahan. Sementara omotenashi (keramahan di Jepang), Anda mengantisipasi apa yang tamu inginkan tanpa mereka harus mengucapkan apa yang mereka butuhkan."

Budaya omotenashi bermula sejak antara abad ke-15 dan ke-16. Secara umumnya terinspirasi dari tradisi upacara minum teh. Semua orang diperlakukan sama dan menikmati tehnya selama upacara berlangsung, terlepas dari status sosial mereka. Bermula dari sana, omotenashi jadi diapikasikan ke berbagai aspek kehidupan.

 

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Toilet Jepang selalu bersih

Seorang turis asal Filipina Jessa Dino yang sedang berada di Jepang mengungkapkan perbedaan antara toilet umum di negaranya dengan yang di Jepang. "Pengalaman saya terkait toilet umum di Filipina sangat berbeda dengan toilet umum yang ada di Jepang. Kalau di Filipina, jika itu toilet umum maka kami biasanya harus bayar untuk menggunakan toiletnya dan biasanya toiletnya kotor. Sementara disini di Jepang, sangat jarang melihat toilet umum yang kotor. Mereka (toilet umum) biasanya bersih dan terjaga dengan baik."

Yang berbeda pula dari toilet umum di Jepang yaitu mereka menggunakan istilah umum berarti untuk semua orang, untuk semua gender, termasuk untuk penyandang disabilitas.

Masalahnya, sulit untuk menemukan toilet umum yang jelas-jelas untuk penyandang disabilitas. Dan masih banyak warga Jepang yang tidak menyadarinya sementara semua orang bisa menggunakannya (toilet umum). Juga yang menjadi kekhawatiran para orang tua yaitu banyak kriminal seksual dan bahaya, terutama yang berkaitan dnegan anak-anak. Sehingga tidak pernah meninggalkan anaknya sendirian ke toilet umum. Komunitas pembela wanita juga tak jarang menyuarakan isu keamanan terkait toilet umum.

Oleh karena itu, Hayato dan timnya mendesain beberapa toilet umum agar memiliki dua pintu masuk berbeda demi keamanannya. Itu mencegah orang-orang disudutkan dan bisa untuk kabur ke pintu yang satunya.

Istilah toilet umum untuk semua orang juga penting bagi komunitas LGBTO terkait identitas gender mereka. Kebanyakan toilet umum dikategorikan untuk pria dan wanita. Sementara toilet umum di Jepang menyamakan semua warna simbolnya dan mencegah warna khusus untuk kelompok tertentu. Mereka juga memperhatikan bahwa bagi turis Muslim atau Hindu membutuhkan keran, sehingga mereka menempatkan keran di semua toilet umum.

Mereka juga menempatkan kasur universal di toilet umum. Kegunaannya untuk orang dewasa dengan penyakit parah dan kondisi lainnya yang tidak bisa menggunakan toilet sendiri dan menggunakan popok. Karena menggunakan meja ganti popok bayi akan terlalu kekecilan bagi mereka. Sehingga mereka bisa menggunakan kasur universal tersebut untuk mengganti popok.

"Proyek ini memperhatikan bagaimana meningkatkan inklusifitas melalui infrasutruktur. Rasanya seperti kami baru saja menyadari keberagaman di masyarakat," ujar Hayato.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Hal Positif untuk Kesembuhan Pasien Covid-19