Liputan6.com, Jakarta Penggambaran penyandang disabilitas di media sangat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap disabilitas.
Menurut Stand Up Comedian Disabilitas, Dani Aditya, banyak media yang menayangkan bahwa difabel tidak bisa melakukan apa-apa dan perlu dikasihani. Padahal, tidak semua penyandang disabilitas ingin menjadi objek sumbangan.
Baca Juga
“Bagi saya, penggambaran penyandang disabilitas itu sangat berperan penting. Contohnya di media itu biasanya digambarkan kalau penyandang disabilitas selalu teraniaya, selalu terlunta-lunta,” ujar Dani dalam webinar Konekin, ditulis Senin (28/12/2020).
Advertisement
Pengguna kursi roda itu menambahkan, hal ini mengakibatkan semakin tingginya rasa iba masyarakat terhadap para penyandang disabilitas.
“Kalau lihat disabilitas bawaannya jadi ingin nyumbang, itu kan enggak bagus juga, enggak semua difabel ingin disumbang.”
Simak Video Berikut Ini:
Hargai Difabel Sesuai Pekerjaannya
Ketimbang memberi belas kasihan, Dani lebih suka mengingatkan masyarakat untuk menghargai para penyandang disabilitas sesuai pekerjaannya.
“Misal kalau kerjaannya pelawak, kalau lucu ya ketawa, kalau tidak ya kritik saja tidak apa-apa.”
Ia juga berharap agar media dapat menggambarkan disabilitas secara benar dan beragam, tidak hanya dari sisi kesedihan, terlunta-lunta, dan mengiba.
Penyandang cerebral palsy itu memberi contoh media di luar negeri yang menampilkan film-film dengan pemeran disabilitas dengan citra yang lebih natural dan sesuai kenyataan.
“Jadi media-media juga harusnya menggambarkan bahwa penyandang disabilitas juga manusia biasa. Mereka punya rasa marah, benci, senang, susah, enggak perlu dikasihani terus-menerus.”
Dengan kata lain, media memiliki peran penting dalam terbangunnya sebuah stigma di masyarakat. Sekuat apapun advokasi yang dilakukan para penyandang disabilitas di luar media, jika media masih merepresentasikan disabilitas dengan konsep yang salah maka masyarakat akan sulit menghapus stigma-stigma itu.
Advertisement