Sukses

Mengenal 3 Faktor Risiko Autisme dan Jenis Pemeriksaannya

Sebagian orang sudah tidak asing dengan kata autisme. Salah satu ragam disabilitas ini merupakan bagian dari gangguan perkembangan anak.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang sudah tidak asing dengan kata autisme. Salah satu ragam disabilitas ini merupakan bagian dari gangguan perkembangan anak.

Gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup berbagai bidang, mulai dari sosial, emosional, dan komunikasi.

Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan pada 2012, sekitar 1 dari 68 anak mengalami autisme dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.

Meski demikian, autisme dapat terjadi pada ras apapun tanpa memandang latar belakang sosio ekonomi keluarga.

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari Klikdokter, sejauh ini penyebab autisme belum diketahui dengan jelas. Tiga faktor yang diyakini memengaruhi terjadinya autisme adalah faktor genetik, neurobiologis, dan lingkungan.

Faktor Genetik (keturunan)

Anak yang memiliki saudara dengan autisme lebih berisiko mengalami autisme pula. Pada kembar identik, bila salah satu anak mengalami autisme, maka saudara kembarnya juga akan menunjukkan gejala autisme seiring berjalannya waktu.

Faktor Neurobiologis

“Anak dengan gangguan spektrum autisme cenderung mengalami masalah struktur dan fungsi otak yang sudah terjadi sebelum ia lahir,” tulis Sepriani mengutip Klikdokter, Kamis (28/1/2021).

Faktor Lingkungan

Beberapa peneliti menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti obat-obatan, makanan, zat kimia dapat memicu gejala autisme. Namun hal tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut, tambah Sepriani.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Diagnosis Autisme

Sepriani juga menyampaikan, tidak ada satu jenis pemeriksaan tunggal untuk dapat mendiagnosa autisme.

Disabilitas ini memerlukan serangkaian pemeriksaan untuk dapat mengatakan seorang anak mengalami autisme. Mulai dari pemeriksaan fisik, electroencephalogram (EEG), hingga perilaku dan perkembangan anak seperti M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers).

Meski demikian, orangtua umumnya mulai dapat mengenali gejala autisme sebelum anak berusia 3. Gejala yang ringan bahkan bisa mulai terdeteksi sejak anak berumur 9 bulan. Biasanya orangtua akan menyadari anaknya tampak berbeda dibandingkan anak sebayanya.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fifth Edition (DSM-5), anak dengan gangguan autisme akan mengalami dua gejala utama yaitu:

-Gangguan interaksi dan komunikasi sosial yang meliputi berbagai aspek, mulai dari komunikasi verbal, komunikasi non-verbal, serta kemampuan mempertahankan interaksi dengan orang lain.

-Adanya perilaku yang terbatas dan repetitif, seperti gerakan tangan atau kaki tertentu yang diulang-ulang atau berbicara satu kalimat secara berulang.

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas