Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan seniman lukis biasanya menggunakan tangan untuk membuat sebuah karya, hal ini berbeda dengan Faisal Rusdi, penyandang cerebral palsy yang terkenal sebagai pelukis mulut profesional.
Selama karier melukisnya, Faisal sempat diminta melukis oleh berbagai orang. Bahkan, lukisannya pun sempat dibeli oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Baca Juga
“Pak Jokowi ketika masih jadi Wali Kota Solo melihat saya demo melukis di halaman gedung walikota dalam rangka ulang tahun Solo," ujar Faisal kepada Disabilitas Liputan6.com ketika ditemui di kediamannya di Kiaracondong, Bandung, Jumat (12/2/2021).
Advertisement
Lukisan yang dibeli Jokowi kala itu adalah lukisan gedung wali kota yang dilukis dengan menggunakan satu warna atau disebut juga dengan lukisan drawing. Lukisan berukuran 30 kali 40 cm itu dilukis langsung di lokasi yakni di halaman gedung wali kota Solo. Ketika ditanya terkait harga, ia menjawab “Itu waktu masih murah, ukurannya juga tidak terlalu besar.”
Hingga kini, Faisal masih menekuni dunia melukis dengan menggunakan mulut. Awalnya, ia sempat melukis dengan menggunakan tangannya, tapi keadaan tangannya yang tidak bisa digerakkan dengan maksimal membuatnya tidak leluasa dalam melukis.
Akhirnya, ia melukis dengan mulut dan ternyata hasil lukisannya pun lebih baik ketimbang menggunakan tangannya.
“Kalau menggunakan mulut saya lebih leluasa dan hasil goresannya pun lebih bagus,” katanya.
Simak Video Berikut Ini
Suka Melukis Sejak Kecil
Faisal bertutur, menggambar dan melukis sudah menjadi hobinya sejak kecil. Hobi ini membawanya pada keyakinan bahwa melukis adalah potensi diri yang dapat ia kembangkan.
Pada usia 16, pria yang kini tinggal di Kawasan Kiaracondong, Bandung ini memutuskan untuk fokus dan mengambil pendidikan melukis di sebuah sanggar.
“Di situ saya mulai belajar dasar-dasar tekniknya sampai bisa. Waktu itu Namanya Sanggar Rangga Gempol milik Almarhum Barli Sasmitawinata yang sekarang punya museum Barli dan Balai Seni Barli di Kota Parahyangan."
Selang 5 tahun belajar melukis dan berbagai tekniknya, Faisal mulai mengikuti berbagai pameran seni. Pameran pertama yang diikuti tercatat pada 1996, di tahun itu pula lah ia memulai karier sebagai pelukis profesional.
Bagi pria pengguna kursi roda ini, melukis bukan sekadar kegiatan untuk mengisi waktu luang. Lebih jauh dari itu, melukis adalah hiburan, sarana penyalur emosi, dan sumber mata pencaharian.
“Termasuk juga membahagiakan orang, misalkan kalau ada yang minta dilukis, salah satunya kan bisa memuaskan orang lain juga," pungkasnya.
Advertisement