Liputan6.com, Jakarta Pelukis mulut profesional, Faisal Rusdi, tak mengira bahwa ia dapat menggelar pameran tunggal pertamanya di Australia.
Pria penyandang cerebral palsy ini telah berkecimpung di dunia melukis sejak 1996, berbagai pameran bersama pun telah dilakukan sejak tahun tersebut. Namun, ia sendiri tidak menyangka akan menggelar pameran tunggal pertamanya di luar Indonesia.
Baca Juga
Hal ini berawal dari perjalanan Faisal ke Australia untuk menemani sang istri, Cucu Saidah, yang hendak mengenyam pendidikan S2 di Kota Adelaide.
Advertisement
“Ketika ikut ke sana, saya memiliki keinginan besar untuk bisa pameran dan melakukan aktivitas seni saya di sana,” ujar Faisal kepada Disabilitas Liputan6.com, Jumat (12/02/2021).
Setibanya di negeri kangguru, ia mulai berupaya mencari koneksi untuk bisa menggelar pameran lukis. Namun, hal tersebut ternyata tidak mudah. Menurutnya, salah satu alasan kesulitan tersebut adalah para panitia yang lebih memprioritaskan seniman disabilitas asli Australia.
“Setelah hampir satu tahun saya di sana, kami pindah ke kontrakan yang baru dan kebetulan pemiliknya adalah pelukis. Saya ngobrol dan akhirnya dia koneksikan ke tempat biasa dia pameran.”
Dari koneksi tersebut, Pria yang kini tinggal di Kiaracondong, Bandung ini mendapatkan tempat pameran gratis, panitia yang melakukan promosi, dan katalog sederhana.
Simak Video Berikut Ini
Laris Manis
Selain dibantu oleh warga Australia, Faisal juga meminta bantuan pada warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana terutama para ibu.
“Mereka diminta menyediakan makanan-makanan Indonesia untuk tamu-tamu yang datang ke pembukaan pamerannya.”
Ia mengaku sangat senang akhirnya pameran tunggalnya tercapai. Dalam pameran tersebut ada 21 lukisan yang dipamerkan dan 19 di antaranya adalah lukisan yang dikerjakan secara mendadak selama 3 bulan.
“Jadi 19 lukisan saya kerjakan 3 bulan, lebih banyak lukisannya adalah alam-alam Adelaide, tempat-tempat yang sudah saya kunjungi, teknik yang digunakan itu totol-totol atau dot supaya lebih ekspresif dan cepat.”
Semua lukisan berukuran 50x40 cm dan waktu pengerjaannya adalah 3 hari hingga 2 minggu. Sebanyak 10 lukisan berhasil terjual.
“Alhamdulillah saya juga terkejut ternyata ada yang beli, padahal awalnya saya tidak berharap banyak, yang penting saya sudah pameran, ternyata apresiasinya lebih.”
Sebelum melakukan pameran tunggal itu, ia juga sempat mengikuti pameran bersama yang digelar oleh beberapa asosiasi. Total pameran yang dilakukan di negara tersebut adalah 3 pameran bersama dan 1 pameran tunggal.
Advertisement