Liputan6.com, Jakarta Disabilitas netra yang disandang Iksanuddin tidak menghalanginya untuk berkegiatan sebagai pegiat cek fakta atau fact checker.
Baru-baru ini, pria kelahiran 26 Maret 1996 yang berdomisili di Bandung ini mulai terjun ke dunia cek fakta dengan tujuan memberantas hoaks.
“Awalnya saya ikut pas ikut seminar tentang vaksin, baru beberapa minggu lalu belum sebulan,” ujar Iksan kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (5/3/2021).
Advertisement
Awal ketertarikannya mengikuti program cek fakta dilatarbelakangi keinginannya dalam mengedukasi masyarakat seputar vaksinasi COVID-19. Menurutnya, saat ini masih banyak berita hoaks yang tersebar.
“Dengan saya bergabung jadi tim cek fakta, saya jadi dapat informasi yang betul-betul asli. Dengan itu saya jadi lebih mudah dalam mengubah pandangan masyarakat seputar vaksin ini.”
Bagi Iksan, ada cara-cara khusus dalam mengecek fakta sebagai penyandang disabilitas netra. Menurutnya, dalam mengecek fakta ia memerlukan pembaca layar untuk mendengarkan berita yang tampil di ponsel pintarnya.
Setelah mendengarkan berita tersebut, jika beritanya dirasa negatif maka ia tidak serta merta langsung mengecap berita tersebut negatif, tapi melihat dulu dari sisi positif kemudian menyesuaikan dengan pengetahuan yang ia dapat dari seminar terkait vaksin yang ia ikuti sebelumnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Manfaat Cek Fakta
Kegiatan cek fakta yang Iksan ikuti memiliki manfaat positif bagi dirinya. Menurutnya, penyandang tunanetra rentan termakan hoaks jika tidak mengerti cek fakta.
“Karena kondisi saya seorang tunanetra maka harus lebih giat lagi mencari kebenaran dari satu informasi. Jangan sampai informasi ini membodohi saya,” ujar Iksan.
Dalam mencari fakta, ia lebih memilih menggunakan media sosial. Namun, bukan sembarang media sosial. Salah satu media sosial yang ia percayai adalah YouTube, di mana dalam satu video ada wawancara ahli terkait isu yang ia cari.
“Selain itu, ya di televisi ditambah lagi dari seminar cek fakta yang saya ikuti.”
Dengan menjadi pegiat cek fakta, ia mengaku terbantu untuk memiliki pemikiran yang lebih terbuka. Namun, ada pula kesulitan tersendiri sebagai pegiat cek fakta, yakni ketika menyampaikan fakta kepada orang lain.
Selama ini, cara Iksan dalam menyebarkan fakta adalah dengan membagikan artikel-artikel fakta melalui media sosial ke teman-teman dan lingkungan terdekat terlebih dahulu.
“Kalau media sosial kan ketika kita posting langsung dilihat banyak orang, karena di masyarakat banyak berita yang negatif maka kita berusaha memunculkan berita-berita positif dan mengedukasi masyarakat tentang mana berita benar dan mana berita bohong,” pungkasnya.
Advertisement