Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas netra cenderung lebih rentan terkena hoaks ketimbang masyarakat lainnya. Hal ini disampaikan oleh Iksanuddin, seorang penyandang tunanetra yang kini menjadi pegiat cek fakta.
“Kegiatan cek fakta di kalangan disabilitas terutama tunanetra itu seharusnya diutamakan karena mereka akan mudah banget terintimidasi berita bohong,” ujar Iksan kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (5/3/2021).
Maka dari itu, ia mengimbau untuk pada penyandang disabilitas terutama disabilitas netra untuk giat melakukan pengecekan fakta agar tidak mudah terpengaruh oleh berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Advertisement
“Dengan menjadi pegiat cek fakta, pikiran saya menjadi lebih terbuka. Berbagai pikiran negatif tentang pemberitaan misalnya COVID-19 menjadi lebih berkurang karena saya tahu faktanya dan membuat saya lebih siap untuk menghadapi.”
Kini, ia berusaha mendorong teman-teman netranya untuk melihat sebuah informasi dengan lebih jeli dan melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum mempercayai informasi itu sepenuhnya.
Iksan menambahkan, disabilitas netra yang disandang kini tidak lagi menjadi alasan untuk seseorang jika ingin menjadi pegiat cek fakta. Pasalnya, di era digital perkembangan teknologi semakin mempermudah teman netra dalam mencapai kesetaraan.
“Sekarang teknologi canggih, sekarang sudah ada pembaca layar jadi kita bisa menjelajahi dunia teknologi terutama sosial media, jadi kita bisa setara dengan teman-teman non disabilitas.”
“Artinya, tunanetra juga bisa ikut berkecimpung dalam dunia cek fakta ini.”
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Video Berikut Ini
Pesan Iksan
Iksan berpesan, jika seseorang enggan mengubah sesuatu yang dimulai dari diri sendiri maka keadaan pun tidak akan berubah sampai kapan pun.
Ia memberi contoh “Kalau kita tidak mau menyebarkan berita positif tentang vaksinasi COVID-19 maka selamanya akan begini (pandemi) terus negara kita.”
Iksan sendiri masuk ke dunia cek fakta belum lama ini, bahkan belum satu bulan, katanya.
“Awalnya saya ikut pas ikut seminar tentang vaksin, baru beberapa minggu lalu belum sebulan.”
Awal ketertarikannya mengikuti program cek fakta dilatarbelakangi keinginannya dalam mengedukasi masyarakat seputar vaksinasi COVID-19. Menurutnya, saat ini masih banyak berita hoaks yang tersebar.
“Dengan saya bergabung jadi tim cek fakta, saya jadi dapat informasi yang betul-betul asli. Dengan itu saya jadi lebih mudah dalam mengubah pandangan masyarakat seputar vaksin ini,” tuturnya.
Advertisement