Sukses

Cegah COVID-19, Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun Dirancang Secara Inklusif dan Ramah Anak

Survei Yayasan Plan Indonesia menunjukkan hanya ada 45 persen orang yang melaksanakan perilaku CTPS yang benar.

Liputan6.com, Jakarta Survei Yayasan Plan Indonesia menunjukkan hanya ada 45 persen orang yang melaksanakan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang benar.

Maka dari itu, pihak Plan Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dukungan dari DFAT Australia meluncurkan Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat.

Menurut Water for Women Project Manager, Yayasan Plan International Indonesia, Silvia Landa, panduan CTPS ini dirancang secara inklusif agar dapat digunakan oleh semua orang termasuk penyandang disabilitas.

“Harapannya panduan ini dapat menjadi panduan yang ramah anak dengan metode yang menyenangkan dan juga menerapkan prinsip perlindungan anak dan prinsip-prinsip yang inklusif di mana anak-anak dan juga penyandang disabilitas dapat menggunakan panduan ini,” ujar Silvia dalam seminar daring Katadata, Rabu (31/3/2021).

Agar inklusif dan ramah anak, panduan CTPS ini dirancang dengan menyisipkan gambar dan permainan yang menyenangkan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip perlindungan anak.

“Kami menerapkan sistem atau pendekatan pemicuan, contohnya tidak menggurui. Pemicuan itu tidak menggurui, tidak sekadar memberikan edukasi biasa, tapi mengajak masyarakat untuk berproses sehingga menyadari bahwa perilaku CTPS ini adalah langkah yang penting.”

Ia memberi contoh, permainan yang disediakan dalam panduan tersebut adalah permainan puzzle terkait alur penularan COVID-19.

“Ada juga yang secara tidak langsung, di mana sarana CTPS itu dibuat menarik, ada jejak kaki yang warna-warni menuju sarana CTPS sehingga ketika anak keluar dari toilet mereka langsung melihat sarana CTPS-nya dan teringat untuk CTPS.”

Selain itu, ada pula poster-poster yang tidak hanya mengedukasi, tapi juga menggugah. Misal, poster dengan gambar tangan yang sangat kotor hendak mencomot makanan yang memberitahukan kepada anak bahwa jika tidak mencuci tangan sebelum makan maka bakteri-bakteri di tangan mereka akan menempel di makanan dan ikut termakan.

“Harapannya, panduan-panduan ini dapat membantu untuk mempersiapkan dibuka kembali sekolah dan juga mengurangi penularan COVID-19,” katanya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Pemicu Perubahan Perilaku

Silvia menambahkan, perubahan perilaku CTPS adalah hal yang sangat sederhana tapi belum tentu semua orang mau melakukannya.

“Sehingga butuh sedikit dorongan atau sedikit pemicu dan untuk memicu ini butuh panduan untuk mendukungnya.”

Penyusunan panduan ini dilatarbelakangi dengan situasi perilaku CTPS yang semakin menurun di masyarakat. Padahal, Indonesia masih dalam situasi pandemi di mana CTPS adalah salah satu cara mencegah penularannya, tambah Silvia.

“Metode pemicuan ini kami pilih karena merupakan bagian dari program nasional yang sudah dituangkan dalam Permenkes nomor 3 tahun 2014.”

Metode ini menetapkan tiga pilar utama yakni regulasi melalui pendekatan lingkungan, suplai dan sarana, serta perubahan perilaku.

“Dalam panduan ini, perubahan perilaku itu musti dipicu agar perilaku cuci tangan pakai sabun ini dapat menetap di anak-anak maupun masyarakat.”

Penyusunan panduan ini juga merupakan salah satu upaya untuk memperkaya panduan-panduan yang sudah ada. Misal, sebelumnya telah ada informasi tentang opsi sarana CTPS, tapi belum ada panduan yang khusus untuk metode pemicuan CTPS di masyarakat dan di sekolah.

“Oleh karena itu, kita bersama-sama menyusun panduan ini,” tutupnya.

3 dari 3 halaman

Infografis 9 Waktu Tepat Cuci Tangan Hindari COVID-19