Liputan6.com, Jakarta Mohammed Eleiwa dan Ahmed Abu Daqin hanya memiliki satu kaki usai satu bagian tubuh lainnya tersebut harus diamputasi. Namun, disabilitas itu tidak menghalangi mereka untuk mahir dalam parkour dan melakukan olahraga lain.
"Saya telah berlatih selama beberapa bulan untuk menguasai parkour," kata pemuda 18 tahun di Jalur Gaza, Palestina tersebut seperti dilansir dari Xinhua pada Rabu (14/4/2021).
"Ketika saya melompat dari satu tempat ke tempat lain, saya merasa seperti burung yang terbang di langit," ujarnya.
Advertisement
Eleiwa mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan kaki kanannya pada 2018. Saat itu seorang tentara Israel menembaknya saat ia mengikuti sebuah pawai di atas pagar bagian timur yang memisahkan wilayah Israel dengan Gaza.
Eleiwa mengatakan dirinya sempat takut tidak akan bisa kemana-mana dan harus tetap di tempat tidur selama hidupnya. Namun, tekanan psikologis malah membuatnya berolahraga untuk menghilangkan stres.
Beberapa bulan menjalani latihan, Eleiwa akhirnya mahir dalam melakukan parkour. Dia merasa bangga bisa mewujudkan impiannya melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan besar dalam mengendalikan tubuh itu.
"Saya ingat pertama kali saya melihat teman-teman saya bermain sepak bola dan berlatih parkour, saya mulai menangis. Tapi kemudian saya memutuskan untuk bermain dengan mereka," kenangnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Giat di Olahraga Lain
Eleiwa sendiri memulai latihan parkournya tanpa bantuan orang lain. Ia juga belajar bermain basket bersama teman-temannya yang juga harus mengalami amputasi baik di salah satunya kaki atau keduanya.
"Saya bertemu Eleiwa dalam salah satu sesi fisioterapi saat dia mempraktikkan cara menggunakan kaki prostetiknya," kata Ahmed Abu Daqin, seorang pemuda 17 tahun dengan amputasi pada kaki kirinya.
Abu Daqin kehilangan kakinya pada 2007 setelah sebuah truk besar menabraknya Dia mendapatkan kaki palsu pada tahun 2008 dan mulai berlatih olahraga bersama Eleiwa sejak awal tahun 2019.
"Kami telah bertukar pengalaman kami tentang bagaimana kami dapat menangani disabilitas kami," kata Abu Daqin.
Kedua pemuda tersebut dan rekan-rekan mereka telah mengikuti berbagai kompetisi olahraga sebagai anggota tim nasional Palestina seperti basket, sepak bola, dan skateboard. Mereka juga berhasil meraih beberapa penghargaan internasional.
Menurut Abu Daqin, apa yang mereka lakukan menegaskan penyandang disabilitas bisa melanjutkan hidup secara alami dan mencapai yang terbaik untuk masa depan, jika menginvestasikan bakat mereka dengan benar.
Eleiwa sendiri tidak menyangka dirinya akan menjadi penyandang disabilitas. Ia mengaku dulu dirinya kerap merasa kasihan pada orang dengan disabilitas.
"Tapi setelah saya bergabung dengan mereka, saya menemukan bahwa tekad adalah kekuatan sejati yang dapat membantu kita mengatasi semua kendala yang kita hadapi," kata Eleiwa.
Â
Advertisement