Liputan6.com, Jakarta Miliarder Elon Musk baru-baru ini mengungkapkan bahwa dirinya memiliki sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berada di dalam spektrum autisme. Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembawa acara "Saturday Night Live (SNL)" akhir pekan lalu.
"Saya benar-benar membuat sejarah malam ini, sebagai orang pertama dengan Asperger yang menjadi pembawa acara SNL, atau setidaknya yang pertama mengakuinya," kata CEO Tesla ini.
"Jadi saya tidak akan banyak melakukan kontak mata dengan para pemain malam ini. Namun jangan khawatir, saya cukup pandai menjalankan manusia dalam mode emulasi," kata Musk seperti mengutip Disability Scoop, Jumat (14/5/2021).
Advertisement
Musk pun mengatakan bahwa menjadi pembawa acara SNL adalah kehormatan buat dirinya. Sembari bercanda, ia juga mengatakan dirinya kerap merasa orang-orang salah paham tentang dirinya.
"Saya tahu terkadang saya mengatakan atau mengunggah hal-hal aneh, tapi begitulah cara otak saya bekerja," katanya seperti mengutip Webmd.
"Kepada siapa pun yang tersinggung dengan saya, saya hanya ingin mengatakan, saya menemukan kembali mobil listrik dan mengirim orang ke Mars dengan kapal roket. Apa menurut Anda saya akan menjadi pria normal yang santai?" ujar Elon Musk.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Mengundang Reaksi
Pengumuman yang disampaikan Musk sendiri mengundang reaksi baik pro dan kontra. Banyak media yang mengatakan bahwa dia bukanlah host SNL pertama dengan Asperger.
Dikutip dari Slate, mantan anggota SNL Dan Aykroyd, merupakan penyandang sindrom Asperger pertama yang menjadi host SNL. Ia mengungkapkan kondisinya hampir dua dekade yang lalu dan kembali menjadi pembawa acara tahun 2003.
The Asperger/Autism Network, sebuah organisasi nirlaba di New England mengungkapkan bahwa lalu lintas ke situs mereka mencapai dua kali lipat usai Musk membuat pengumumannya.
Di sisi lain, komedian yang juga memiliki kondisi itu, Jeremy McLellan, mengatakan dengan candaan sarkas bahwa pengumuman itu adalah "momen kemajuan yang menginspirasi bagi semua orang dalam spektrum itu yang juga seorang miliarder."
Dalam edisi kelima Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, American Psychiatric Association di tahun 2013 menghilangkan diagnosis sindrom Asperger.
Saat itu, Asperger dimasukkan dalam gangguan spektrum autisme yang lebih luas dengan dokter yang menentukan tingkat keparahannya. Namun, banyak orang dalam spektrum tersebut yang mengidentifikasi dirinya dengan label Asperger.
Advertisement