Sukses

Tuli Berprestasi, Miss Deaf World 2011 Dian Inggrawati Sukses Rebut 400 Piala dari Berbagai Kompetisi

Menjadi penyandang Tuli tidak membuat Dian Inggrawati membatasi berbagai aktivitas dalam meraih prestasi. Bahkan, dengan disabilitas yang dimiliki, ia mampu mengharumkan nama Indonesia saat berhasil menjadi runner up dalam ajang Miss Deaf World 2011 di Praha, Repub

Liputan6.com, Jakarta Menjadi penyandang Tuli tidak membuat Dian Inggrawati membatasi berbagai aktivitas dalam meraih prestasi.

Bahkan, dengan disabilitas yang dimiliki, ia mampu mengharumkan nama Indonesia saat berhasil menjadi runner up dalam ajang Miss Deaf World 2011 di Praha, Republik Ceko.

Selain itu, ia juga sempat masuk 5 besar Miss Deaf International 2012 di Turki. Menurut Dian, kariernya di dunia modelling sudah dimulai sejak usia 4.

Meraih prestasi Internasional bukanlah hal mudah. Perempuan yang kini bekerja di Kementerian Sosial RI ini harus melalui berbagai tes seperti wawancara dengan bahasa isyarat internasional dan bersaing dengan banyak perempuan lain dari berbagai negara.

Tak sampai di sana, Dian juga beberapa kali dipercaya untuk menjadi seorang duta. Seperti Duta Pendidikan Inklusi 2011 bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Duta Tingkat Global 2015 dari Kementerian Sosial, dan Duta Alat Bantu Dengar 2017.

“Sekarang saya dinobatkan sebagai aparatur sipil negara (ASN) inspiratif tahun 2020,” kata Dian melalui juru bahasa isyarat dalam webinar Konekin, dikutip Selasa (25/5/2021).

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Kumpulkan 400 Piala

Tak tanggung-tanggung, hingga kini Dian berhasil mengumpulkan 400 piala dari berbagai lomba yang ia ikuti.

“Hingga saat ini saya ada 400 piala dari perlombaan, modelling, dan lain-lain.”

Sebagai penyandang Tuli, acap kali ia mendapatkan rintangan terutama saat komunikasi dengan teman dengar.

Dalam menangani berbagai rintangan komunikasi tersebut, Dian menggunakan alat bantu dengar terutama di lingkungan kerja. Staf Penyusun Bahan Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos) ini juga acap kali menuliskan kalimat di kertas jika rekan kerja tidak mengerti apa yang ia sampaikan.

Jika sedang rapat, dia lebih memilih menggunakan bantuan aplikasi di ponsel pintar yang bisa mengubah suara menjadi tulisan.

Pemilik Cahaya Mutiara Indonesia Foundation ini juga meyakinkan para penyandang disabilitas bahwa mereka juga bisa mengukir prestasi sebanyak-banyaknya.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta