Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 memaksa sebagian pekerja untuk bekerja di rumah, termasuk pekerja dengan gangguan pendengaran.
Bagi sebagian pekerja, bekerja di rumah atau work from home dapat dilakukan dengan baik tanpa kendala berarti. Namun, bagi sebagian lainnya terutama yang menyandang disabilitas seperti Tuli atau gangguan pendengaran, hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri.
Ada berbagai penyesuaian yang perlu dilakukan oleh pekerja dengan disabilitas rungu selama bekerja di rumah agar pekerjaan tetap selesai dengan optimal.
Advertisement
Baca Juga
Agar penyesuaian itu berjalan baik, content creator dari Ruang Mendengar, dr. Witha Novialy menyampaikan 5 kiat yang dapat dilakukan oleh pekerja dengan gangguan pendengaran.
Kelima kiat tersebut mencakup teknis ketika melaksanakan pertemuan daring.
5 Kiat
Lima kiat yang dimaksud Witha yakni:
-Beri waktu perkenalan untuk memastikan orang dengan gangguan dengar dapat mendengar.
-Gunakan video dan periksa pencahayaan. Letakkan pencahayaan dari depan untuk memperjelas pembicaraan.
-Matikan audio untuk peserta lain untuk mengurangi bising yang tidak diperlukan.
-Rekam pertemuan daring sebagai referensi di kemudian hari jika ada materi yang tertinggal.
-Jika menggunakan alat bantu dengar (ABD) sambungkan perangkat melalui bluetooth.
“Tips berikut bisa banget loh digunakan di masa pandemi seperti ini untuk mengadakan rapat daring dari rumah jika memiliki pekerja yang memilliki gangguan pendengaran,” ujar Witha mengutip unggahan Instagram @ruangmendengar, Jumat (20/8/2021).
“Dengan tips ini diharapkan komunikasi saat rapat daring dapat berlangsung dengan baik dan seluruh pekerja dapat turut terlibat aktif dalam rapat daring tanpa terkecuali mereka yang memiliki gangguan pendengaran.”
Advertisement
WFH Ala Angkie Yudistia
Kesulitan saat bekerja di rumah juga dialami oleh Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia yang juga menyandang Tuli.
Situasi COVID-19 membuatnya harus menyesuaikan diri dalam bekerja terutama ketika melakukan pertemuan daring. Walaupun beberapa seminar daring menyediakan juru bahasa isyarat, tapi beberapa acara lainnya tidak.
Berbagai upaya pun dilakukan agar komunikasi tetap berjalan baik walaupun dilakukan melalui teknologi virtual.
Di ruang kerjanya, ia menyediakan laptop, gawai yang dilengkapi aplikasi transkrip dari suara ke tulisan, alat bantu dengar, pencahayaan yang cukup, serta speaker Bluetooth agar suara yang keluar dari laptop bisa lebih keras.
“Awalnya memang terasa aneh, terlebih tidak terbiasa jauh karena sulitnya melihat gerakan bibir. Sehingga membuat enggak nyaman. Kita biasa karena terbiasa, terus mencoba pola yang membuat nyaman,” tulis Angkie dalam salah satu unggahan Instagramnya (@angkie.yudistia).
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement