Sukses

Sang Buah Hati Menyandang TORCH, Ibu Ini Berbagi Kisah Perjuangannya Sejak Hamil

Fista Anis Oktavia adalah seorang ibu asal Surabaya yang dikaruniai anak dengan toxoplasma gondii, rubella, cyto megalo virus, dan virus herpes simplek (TORCH), Azka Yusuf Sugihharto (2).

Liputan6.com, Jakarta Fista Anis Oktavia adalah seorang ibu asal Surabaya yang dikaruniai anak dengan toxoplasma gondii, rubella, cyto megalo virus, dan virus herpes simplek (TORCH), Azka Yusuf Sugihharto (2).

Ia berkisah tentang perjalanan awal mendapatkan Azka yang memang penuh tantangan. Mulai dari kandungan lemah sehingga ia harus minum penguat kandungan sampai pendarahan hampir setiap hari.

“Jika dibilang lalai, saya termasuk orang yang rajin ke dokter kandungan bahkan sebulan bisa 2 hingga 3 kali karena kondisi saya yang pendarahan,” ujar Fista dalam keterangan tertulis yang diterima Kanal Disabilitas Liputan6.com, dikutip Minggu (22/8/2021).

“Jika kurang edukasi, saya merasa sudah cukup bekal untuk mengetahui TORCH itu apa dan bagaimana gejalanya karena saya sudah mencari tahu tentang TORCH jauh sebelum saya hamil,” tambahnya.

Tak pernah sedikitpun ia berpikir bahwa dirinya terkena TORCH yang menyebabkan anaknya mengalami TORCH bawaan.  TORCH sendiri merupakan kelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit.

2 dari 4 halaman

Pendarahan di Masa Kehamilan

Saat hamil, ia merasa hanya mengalami kandungan lemah dan hanya butuh beristirahat. Hal ini bukan tanpa alasan, karena dokter kandungannya pun selalu berkata semua baik-baik saja.

“Bahkan ketika saya minta USG 4D kata perawat di sana tidak perlu karena tidak ada kelainan yang dicurigai pada janin saya.”

Seiring berjalannya waktu, ia pun sampai pada kondisi pendarahan hebat yang berujung pada kontraksi dini dan ketuban rembes. Setelah berhari-hari bertarung dengan rasa sakit, akhirnya Azka lahir.

“Awalnya tidak terlihat kelainan sama sekali, bahkan dokter spesialis anak yang menangani Azka ketika lahir bilang bahwa ia sehat, jumlah jarinya lengkap.”

3 dari 4 halaman

Mikropenis dan Katarak

Azka terlihat seperti bayi pada umumnya. Fista selalu memberi stimulasi hingga buah hatinya berumur 40 hari.  

“Saya selalu menstimulasi Azka, tapi untuk matanya masih belum bisa kontak dengan orang lain. Pikir saya mungkin karena dia lahir belum cukup umur makanya ada beberapa keterlambatan.”

Kecurigaan pun timbul ketika melihat keadaan penisnya yang sangat kecil. Namun, kecurigaan pun ditepis dengan kemungkinan ukuran penisnya akan bertumbuh seiring berjalannya waktu.

Tibalah waktu Azka untuk mendapat imunisasi. Fista membawanya ke rumah sakit ibu dan anak dan bertemu dengan dokter spesialis anak yang memeriksa seluruh tubuh Azka setelah mendengar berbagai kekhawatiran Fista.

“Beliau buka baju Azka, kondisi saat itu pusarnya bodong, lalu saya bertanya tentang ukuran penis yang normal beliau lalu meminta izin untuk melihat penis azka. Qadarullah ternyata penis azka kecil (mikropenis) dan Azka juga kedua testisnya belum turun (UDT Bilateral).”

Azka pun dirujuk ke spesialis endokrinologi anak. Di endokrin, Fista juga bercerita tentang keadaan mata buah hatinya dan dirujuk ke poli mata.

“Bagai petir di siang bolong, waktu itu dokter endokrin bilang diperlukan pemeriksaan yang panjang untuk memastikan jenis kelamin Azka, belum lagi di mata Azka dibilang terkena katarak kongenital dan harus segera cek TORCH.”

Hal ini berkaitan karena katarak kongenital merupakan salah satu ciri anak terkena TORCH. Benar saja, IgG CMV dan Rubella Azka positif.

“Langkah Azka untuk tetap sehat masih panjang, tapi semangat kami takkan pernah padam. Mungkin saat ini kegiatan berobat dan terapi Azka tertunda karena beberapa hal. Tapi bukan berarti kami menyerah. Kami akan terus berdoa dan berikhtiar,” pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta