Sukses

Pengklasifikasian dalam Paralimpiade Dikritik Karena Dinilai Tak Adil

Para atlet paralimpiade mengeluhkan sistem kategori yang diterapkan Paralimpiade, yang mengklasifikasikan atlet menurut kelemahan mereka.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah para-atlet di ajang paralimpiade Tokyo 2020, termasuk perenang Prancis Theo Curin, bintang renang AS Jessica Long dan perenang Prancis lainnya Claire Supiot mengkritik sistem kategori yang mengklasifikasikan atlet menurut disabilitas.

Para atlet paralimpiade mengeluhkan sistem kategori yang diterapkan Paralimpiade, yang mengklasifikasikan atlet menurut kelemahan mereka. Sehingga pusat perayaan olahraga penyandang disabilitas ini semakin mendapat kecaman, alih-alih membuat parasport menjadi adil.

Dilansir dari NDTV, perenang asal Prancis, Theo Curin, yang kaki bagian bawah dan tangannya diamputasi setelah serangan meningitis saat kecil, kecewa dengan sistem dan bagaimana para atlet dinilai.

“Dalam semalam, dua orang yang berenang dengan kedua tangan muncul di kategori S5 saya. Ada banyak ketidaksetaraan mencolok yang mengganggu saya dan benar-benar konyol,” kata perenang berusia 21 tahun itu.

 

2 dari 4 halaman

Jenis disabilitas

Sebelumnya disebutkan 10 jenis disabilitas yang diterima untuk berpartisipasi di Paralimpiade, yang meliputi disabilitas fisik, visual, dan intelektual.

Tetapi dalam setiap kategori gangguan terdapat berbagai macam kemampuan, sehingga atlet dibagi lagi berdasarkan kelas dalam sistem yang dirancang untuk memastikan orang bersaing dengan orang lain dengan kemampuan yang kira-kira sama.

Misalnya dalam kategori renang, setiap kelas memiliki awalan "S" untuk gaya bebas, gaya kupu-kupu dan punggung. Adapaun SB menandakan kategori untuk gaya dada, sementara SM untuk gaya ganti individu, yang diikuti oleh angka. Disabilitas fisik mencakup angka 1-10, dengan angka yang lebih rendah menunjukkan gangguan yang lebih parah. Gangguan penglihatan diwakilkan dengan angka 11-13, sementara 14 menunjukkan gangguan intelektual. Sistemnya rumit dan memakan waktu hingga beberapa atlet merasa tidak dicurangi.

Curin seharusnya ikut serta di Aquatic Center Tokyo tahun ini, sebagai salah satu para-atlet Prancis, dengan hampir 150.000 pengikut Instagram. Namun ia kehilangan tempat tersebut. Ia memulai debut Paralimpiade di Rio saat usianya masih 16 tahun.

Maka daripada mengejar medali di Jepang, ia membuat film dan bersiap untuk berenang melintasi Danau Titicaca di Amerika Selatan.

"Saya memutuskan untuk mengesampingkan renang Paralimpiade selama masalah klasifikasi ini berlanjut. Mereka membuat saya sedikit jijik dengan gerakan Paralimpiade," katanya, dikutip dari AFP.

 

3 dari 4 halaman

Insentif untuk menipu

Curin bukan satu-satunya yang merasa sistemnya bermasalah, dengan perdebatan sengit seputar klasifikasi di kolam renang.

Bintang renang AS Jessica Long, yang memenangkan emas Paralimpiade ke-14 pada hari Sabtu, mengatakan insentif untuk atlet yang curang sangat besar mengingat meningkatnya ketenaran dan imbalan finansial yang dinikmati oleh para-atlet yang sukses.

"Saya tidak bisa menonton olahraga yang saya cintai ini terus dihancurkan seperti ini," katanya.

Sementara itu, pihak Komite Paralimpiade Internasional membela sistem tersebut, dengan menegaskan bahwa unggul dalam olahraga menentukan atlet atai tim mana yang pada akhirnya menang.

"Mengecewakan, apa yang kami saksikan dalam beberapa tahun terakhir adalah sejumlah kecil atlet... berjuang untuk menghadapi persaingan yang meningkat," katanya.

"Daripada merangkul sifat kompetitif yang lebih baik dari olahraga Para, mereka malah mempertanyakan klasifikasi pesaing mereka, terlepas dari kenyataan bahwa pengklasifikasi internasional telah menemukan saingan mereka berada di kelas yang benar."

Tetapi kritik terhadap sistem menunjukkan apa yang mereka katakan adalah sifat penilaian yang sewenang-wenang dan tidak ilmiah. Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan pengamatan, jelas perenang Prancis Claire Supiot, dikutip dari FranceInfo. Ia direklasifikasi awal tahun ini dari S8 ke S9, sehingga menurutnya, semakin sulit untuk memenangkan pertandingan.

Ada juga tuduhan bahwa para atlet mencoba mempermainkan sistem, mencoba untuk ditempatkan di kelas yang lebih parah untuk mendapatkan keuntungan.

Pada tahun 2017, seorang mantan pengklasifikasi mengatakan tentang atlet yang mandi air panas atau dingin, berguling-guling di salju atau membalut anggota tubuh mereka agar tampak memiliki kemampuan yang lebih terbatas selama pengujian untuk lolos kategori.

Sementara Curin mengaku menjalani dua putaran pengujian, pertama adalah untuk pemeriksaan medis dan menghasilkan klasifikasi sementara di ujung bawah S4. Tetapi setelah putaran kedua, saat pengujian di dalam air, ia diberi kelas terakhir S5.

Menurutnya, hal itu tidaklah adil sebab ia tahu bagaimana mengatasi disabilitasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis David Jacobs Raih Medali Perunggu Paralimpiade Tokyo 2020