Liputan6.com, Jakarta Ada 36 pengunjung tunanetra pergi ke padang rumput Hulun Buir di dalam Mongolia Tiongkok Utara. Li Manshuo adalah salah satu tur guide yang menemani mereka. Ia bertugas membantu tiga anggota kelompok untuk memiliki pengalaman melihat sebaik mungkin.
Dilansir dari CGTN, Li sedang mengambil gelar Master dalam manajemen pariwisata dan ia menggunakan istirahat tengah semesternya untuk melakukan perjalanan.
Advertisement
Baca Juga
"Wisatawan tunanetra mendapatkan pengalaman, utamanya melalui penciuman atau pendengaran atau sentuhan dengan tangan mereka. Jika ditambah dengan deskripsi dari kami, mereka dapat membuat gambar pemandangan di pikiran mereka," kata Li.
Â
Membimbing bukannya mengambil alih
Mei Zhiyu adalah direktur Zhisu Commonweal Organization, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Suzhou yang memiliki agen perjalanannya sendiri. Organisasi ini telah berkontribusi kepada lebih dari 1.000 pelancong tunanetra dan rabun sehingga mereka mampu menjelajahi tempat-tempat di seluruh China.
Sebelum tur dimulai, para sukarelawan, yang masing-masing biasanya ditugaskan untuk dua atau tiga pelancong, menerima instruksi keselamatan dan pelatihan dasar. Untuk mempertahankan kualitas layanan mereka maka sepanjang perjalanan penampilan para relawan dinilai oleh Mei setiap hari.
"Yang paling penting adalah tidak menganggap mereka sebagai orang yang tidak mampu. Sebenarnya, sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menjaga diri mereka sendiri daripada yang kami kira, dan kami mencoba menawarkan mereka pengalaman yang sama seperti wisatawan yang melihat," katanya.
Â
Advertisement
Masyarakat yang lebih inklusif
China memiliki populasi tunanetra lebih dari 17 juta. Dalam survei terhadap 2.000 orang dengan sedikit atau tanpa penglihatan, Zhisu menemukan bahwa 60 persen menyatakan memiliki keinginan kuat untuk bepergian.
"Pada awalnya, kami menemukan beberapa tantangan, dari pemesanan hotel hingga mendapatkan tiket untuk tunanetra ... karena kekhawatiran tentang keselamatan mereka. Namun sekarang sudah ada banyak tempat yang ramah untuk penyandang disabilitas. Oleh karena itu mereka dapat berintegrasi lebih baik ke dalam masyarakat," jelas Mei.
Mei mengibaratkan perannya sebagai jembatan, menghubungkan tunanetra dengan dunia luar. "Meskipun mereka tidak dapat melihat, mereka dapat menyambangi dunia dengan cara lain," katanya.