Sukses

Impian Jadi Nyata, Penyandang Tunanetra Akhirnya Bisa Menyetir Mobil

Di bawah bimbingan sukarelawan di Daerah Otonomi Mongolia Dalam, China utara, Luo Chenhao bisa berkendara di padang rumput Hulunbuir.

Liputan6.com, Jakarta Di bawah bimbingan sukarelawan di Daerah Otonomi Mongolia Dalam, China utara, Luo Chenhao bisa berkendara di padang rumput Hulunbuir.

Dengan demikian, tercapailah impiannya untuk mencoba menyetir mobil.

Dilansir dari CGTN, Luo selalu yakin bahwa mimpinya tidak akan pernah menjadi kenyataan, karena ia memiliki gangguan penglihatan yang parah.

Luo, 23 tahun, merupakan seorang praktisi tui na, yaitu terapi tradisional China yang melibatkan pijatan tubuh. Ia selalu memiliki persepsi bahwa penglihatannya yang terbatas berarti ia tidak bisa melihat apa-apa selain bayangan. Namun ia juga menantang keterbatasannya itu sendiri, salah satunya mencoba mewujudkan impiannya, yaitu menyetir mobil.

"Itu adalah impian masa kecil saya untuk mengendarai mobil," kata Luo Chenhao saat ia menginjak pedal gas selama perjalanan ke Padang Rumput Hulunbuir di Daerah Otonomi Mongolia Dalam China utara.

 

2 dari 4 halaman

Tak bisa disembuhkan

Menurut orang tuanya, Luo tidak dapat melihat sejak lahir dan telah menghabiskan bertahun-tahun mencoba terapi dokter dari sana sini. Namun tidak ada yang berhasil menyembuhkannya.

Saat Luo tumbuh dewasa, ia menyadari betapa sedikitnya kesempatan untuk bekerja bagi penyandang tunanetra. Atas saran dari gurunya, ia mendirikan bisnis pijat untuk mencari nafkah, karena ini hanya membutuhkan beberapa pelatihan kejuruan. Tapi Luo menginginkan lebih.

"Saya pikir saya mampu belajar di universitas, sama seperti orang yang berpenglihatan normal. Jadi, mengapa tidak mencobanya?" katanya.

Setelah tiga tahun di Zhejiang Pharmaceutical College di China timur, ia mengikuti ujian masuk khusus untuk tunanetra dan ditawari tempat di Beijing Union University untuk belajar akupunktur dan tui na.

Ia juga menghadiri tiga tahun pendidikan lanjutan hingga menerima gelar sarjana kedokteran. Setelah mendapatkan kualifikasi, ia ditawari pekerjaan sebagai terapis di Hangzhou Tui Na Hospital.

Dari pekerjaannya sebagai terapis fisik tui na, memberi Luo penghasilan tetap dan gaya hidup yang nyaman. Namun ia sempat mengalami tantangan kerja pada tahun 2018. Untuk menghindari stres, jadi ia mendaftar untuk perjalanan mendaki gunung yang dirancang khusus untuk tunanetra. Itulah pertama kalinya ia bepergian tanpa keluarganya.

"Ketika kami mencapai puncak gunung, saya bisa merasakan pemandangan yang terbuka lebar. Saya merasa hati saya telah dimurnikan," kenang Luo. Dari pengalaman tersebut membuatnya lebih sering bepergian.

 

3 dari 4 halaman

Pengalaman yang dinanti

Luo mengatakan jika orang dengan penglihatan normal mungkin menantikan pemandangan yang menakjubkan sebagai tujuan perjalanan. Namun bagi Luo, bahkan pengalaman naik pesawat, bepergian dengan kereta api, itulah yang ia sebut pengalaman yang ia nantikan.

Namun ia juga menekankan bahwa bukan berarti menjadi tunanetra tidak bisa menghargai alam. Justru sebaliknya, orang-orang seperti Luo dapat menggunakan indra mereka seperti penciuman, pendengaran, dan sentuhan untuk menciptakan gambaran tentang lingkungan mereka dalam pikiran mereka. Apalagi kini sudah ada teknologi yang bisa menjadi pemandu suara melalui ponsel cerdas untuk melakukan hal-hal seperti navigasi, memesan taksi, dan bahkan mengambil foto.

Perbaikan infrastruktur dan layanan bebas hambatan di banyak kota juga memberikan aksesibilitas yang lebih baik dan mobilitas yang lebih mudah bagi komunitas tunanetra.

Menurut cgtn, ada lebih dari 17 juta orang dengan gangguan penglihatan di Tiongkok, lebih banyak daripada di negara lain mana pun. Tapi Luo yakin bahwa mereka semua bisa keluar dari zona nyaman mereka.

"Jika kita bisa belajar merangkul dunia, masyarakat akan lebih menerima kita," katanya.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas