Liputan6.com, Jakarta Kabar tentang Margaret, seorang ibu dari anaknya yang mengidap cerebral palsy, menjadi heboh. Pasalnya, ia tetap bisa menghidupi anaknya tersebut hanya dengan anggaran terbatas.
Dilansir dari Tuko, sejak menjadi viral, Margaret menjawab komentar di Facebook yang menanyakan bagaimana orang bisa hidup dengan anggaran yang terbatas. Ia sendiri mengaku terkejut menerima tanggapan yang luar biasa, jauh melebihi ekspektasinya.
Advertisement
Baca Juga
Namun tetap ia jelakan pengalaman seumuran hidupnya ini, bagaimana dengan penghasilan KSh 250 (sekitar Rp32ribu) per hari dan masih bisa memberi makan dan mengobatinya anaknya.
Anak laki-lakinya yang berusia 12 tahun menderita Cerebral Palsy dan minum obat anti kejang setiap hari.
Adapun pertama kali kehidupan Margaret terekspos ketika ia menjawab sebuah pertanyaan tentang apa yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Kemudian Margaret membalas dengan kisah hidupnya tersebut. Kisahnya ini membuat banyak orang terenyuh.
Â
Hidup miskin
Margaret menjelaskan bahwa dengan jumlah penghasilan KSh 250, sebanyak KSh 20 (sekitar Rp2.500) ia masukkan ke National Hospital Insurance Fund (NHIF) dan KSh 40 (sekitar Rp5.000) ia tabung untuk biaya sewa tempat tinggal.
“Setelah semua pengeluaran, biasanya sisanya tetap KSh yang saya gunakan untuk makan malam, sarapan, dan makan siang. Itupun saya harus berhemat-hemat untuk berjaga-jaga jika saya tidak menemukan pekerjaan di hari berikutnya," ungkapnya, dikutip dari Tuko.
Berdasarkan pengakuan Margaret tersebut, artinya beberapa kebutuhan dasar seperti sabun cuci akan ditahan-tahan meskipun ia sering mencuci karena putranya terkadang mengotori pakaiannya. Dalam jangka panjang, Margaret telah menerima kondisinya yang ia yakini akan tetap miskin selama bertahun-tahun. Ia mengatakan akan tetap optimis melakukan yang terbaik sampai ada yang berubah.
Â
Advertisement
Simpati warganet
Kepositifannya ini mendapat simpati masyarakat dan menawarkan untuk membayar beberapa tagihan dan meringankan biayanya. Ada yang bersedia memenuhi makan siang dan malam, ada yang bersedia memberinya popok gratis jika datang ke toko grosirnnya. Bahkan ada yang menawarinya membayar segala kebutuhan pokoknya selama setahun. Hingga ada yang menawarinya biaya sekolah gratis untuk putranya.
Setelah mendapat perhatian sedemikian rupa, Margaret mengungkapkan bahwa selain menerima cinta dan perhatian, ia juga kini mampu berbelanja bahan makanan dan popok selama sebulan penuh. Ia juga sangat berterima kasih kepada semua orang yang membantunya bahkan sampai membayar biaya putranya serta membantunya memulai bisnis untuk memperbaiki hidupnya.