Liputan6.com, Jakarta ADHD dapat mempengaruhi pembelajaran, tetapi itu bukan disabilitas intelektual. Hanya saja memang efek sulit berkonsentrasi dan hiperaktif dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar.
Menurut sebagian besar peneliti dan organisasi ketidakmampuan belajar, ADHD dapat memengaruhi pembelajaran, dan banyak orang dengan ADHD memiliki disabilitas intelektual lainnya. Namun, karena kondisi ini tidak mempengaruhi aspek pendidikan tertentu, seperti kemampuan memahami bahasa atau kata-kata tertulis, dokter biasanya tidak menganggapnya sebagai gangguan belajar.
Baca Juga
Dilansir dari MedicalNewsToday, ADHD bukanlah ketidakmampuan belajar. Namun, beberapa gejala mungkin tampak sangat mirip dengannya. Tingkat gangguan belajar juga lebih tinggi di antara anak-anak dengan ADHD, sementara anak-anak dengan disabilitas intelektual lebih mungkin untuk memiliki diagnosis ADHD.
Advertisement
Karakteristik disabilitas intelektual
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), disabilitas intelektual memenuhi karakteristik berikut ini.
- Ada kesulitan berkelanjutan dalam keterampilan menulis, membaca, berhitung, matematika, atau penalaran selama tahun-tahun sekolah. Selain itu, anak-anak mungkin mengalami kesulitan mengingat fakta, berpikir jernih, atau menulis dengan baik.
- Kemampuan akademik seseorang tampak di bawah kisaran rata-rata.
Di sini, pengujian harus dilakukan sesuai secara budaya dan bahasa untuk memenuhi syarat untuk diagnosis. Misalnya, seorang anak dengan disleksia akan mengalami tingkat kesulitan membaca yang lebih besar dan perlu mengeluarkan upaya yang lebih besar untuk membaca daripada mereka yang tidak disleksia.
- Kesulitan harus dimulai selama tahun-tahun sekolah, bukan di kemudian hari.
- Gangguan lain, seperti masalah perkembangan atau neurologis, tidak harus menjelaskan gejalanya dengan lebih baik. Misalnya, seorang anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan membaca karena kesulitan fokus, bukan disleksia.
Sementara ADHD dapat memengaruhi pembelajaran dari gejalanya seperti:
- Berkurangnya fungsi eksekutif: Ini mempersulit seseorang untuk merencanakan dan mengoordinasikan pikiran dan tindakan mereka. Seorang individu mungkin memiliki masalah memulai tugas, menjaga tenggat waktu tugas, dan mengatur emosi mereka.
- Hiperaktif: Orang dengan ADHD mungkin memiliki masalah duduk diam, menunggu giliran, atau tetap diam. Hal ini dapat membuat mereka sulit untuk berhasil di kelas. Ini juga dapat mempengaruhi hubungan dengan teman sebaya dan guru.
- Kesulitan memperhatikan: Orang dengan ADHD mungkin kesulitan untuk tetap fokus di sekolah, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar. Kesulitan perhatian dapat menyebabkan seorang siswa kesulitan dalam mengerjakan tes dengan baik, bahkan ketika mereka mengetahui materinya. Ini karena ADHD mencegah mereka menyelesaikan penilaian atau memahami pertanyaan
.- Disorganisasi: Disorganisasi dapat mempersulit orang dengan ADHD untuk belajar atau memprioritaskan tugas. Ini juga dapat menyebabkan mereka melewatkan tenggat waktu dan melupakan tugas sekolah, sehingga memengaruhi nilai.
- Impulsif: ADHD dapat menyebabkan perilaku impulsif dan ini dapat menyebabkan siswa mendapat masalah di sekolah. Selain itu, mereka cenderung membuat keputusan yang meragukan, seperti tidak belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah.
- Kurangnya perhatian terhadap detail: Siswa dengan ADHD mungkin terburu-buru menyelesaikan tugas atau tidak dapat memperhatikan detail kecil. Mereka mungkin juga tidak memperhatikan kata tambahan dalam pertanyaan atau gagal membaca atau memahami tugas akademik sepenuhnya.
Â
Advertisement
Strategi mengatasi ADHS
Jika anak Anda didiagnosis ADHD, Anda bisa mengobatinya dengan membantu mengatasi gejala yang berhubungan dengan pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi yang disarankan.
1. Mendidik orang tua dan guru tentang ADHD. Dengan demikian, orang dewasa yang merawat anak-anak dengan ADHD dapat membantu mereka mengelola gejala mereka dengan lebih baik.
2. Bereksperimenlah dengan strategi manajemen ADHD. Mungkin bisa memanfaatkan alarm, aplikasi kalender, atau menyediakan lokasi khusus tempat semua buku sekolah untuk mengurangi kelupaan dan stres.
3. Pertimbangkan terapi. Psikoterapi dapat membantu seseorang belajar hidup dengan ADHD, mengembangkan strategi koping, dan lebih efektif mengadvokasi kebutuhan mereka di sekolah.
4. Pertimbangkan pengobatan jika orang dengan ADHD lebih tua dari 6 tahun. Obat stimulan dapat membantu seseorang berkonsentrasi, yang memungkinkan mereka untuk mengaktualisasikan diri di sekolah.
5. Rangkullah pendekatan pengobatan yang komprehensif. American Academy of Pediatrics merekomendasikan penggunaan obat stimulan pada anak di bawah usia 6 tahun hanya ketika intervensi lain tidak berhasil. Kombinasi intervensi bekerja paling baik di segala usia.
6. Advokasi untuk rencana pendidikan individual. Dalam rencana ini, advokasi untuk akomodasi di sekolah, seperti lingkungan pengujian bebas gangguan. Meskipun ADHD bukan gangguan belajar, orang dengan kondisi tersebut umumnya memiliki perlindungan di bawah Undang-Undang Penyandang Disabilitas, yang memberi mereka hak untuk akomodasi tertentu di sekolah.
Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19
Advertisement