Liputan6.com, Jakarta Masyarakat awam mengenal alzheimer sebagai penyakit pikun yang hanya terjadi pada lanjut usia (lansia) 65 tahun ke atas saja.
Menurut komunitas disabilitas Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin), anggapan tersebut tidak tepat. Ada 5 fakta terkait Alzheimer yang perlu diketahui yakni:
Tak Hanya Terjadi pada Lansia
Advertisement
Sebagian besar kasus alzheimer memang terjadi pada lansia umur 65 tahun ke atas. Namun, bukan berarti penyakit ini hanya bisa terjadi pada lansia.
Baca Juga
Pada kenyataannya, alzheimer bisa menyerang orang yang berumur 30-50 tahun. Kasus seperti ini biasanya disebut Young Onset Dementia (YOD).
Tidak Sama dengan Pikun
Gejala sering lupa atau pikun sering kali menjadi dampak dari penuaan yang biasa terjadi. Namun, hal ini tidak selalu menjadi gejala alzheimer.
Penyakit alzeimer lebih dari sekadar kehilangan ingatan sesekali. Ini adalah penyakit yang menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi dan akhirnya mati.
Advertisement
Down Syndrome Lebih Rentan
Menurut Konekin, penyandang down syndrome (DS) lebih rentan mengalami alzheimer ketimbang non DS.
Disabilitas down syndrome berhubungan dengan gangguan pembelajaran dan gangguan kognitif.
“Suatu studi menunjukkan, ketika memasuki usia 40, otak penyandang down syndrome memiliki tanda-tanda mirip alzheimer,” mengutip Instagram @konekindonesia, Sabtu (25/9/2021).
Meski demikian, tidak semua orang dengan down syndrome memiliki gejala alzheimer.
Kurangi Risiko Alzheimer dengan Baca Buku
Salah satu cara untuk mengurangi risiko alzheimer adalah dengan rajin membaca buku.
“Sama seperti tubuh yang butuh bergerak dengan olahraga, otak juga butuh latihan salah satunya dengan membaca buku.”
Segala aktivitas intelektual seperti membaca buku, koran, majalah dan bermain board games dapat menurunkan risiko terkena demensia alzheimer.
Advertisement
Tidak Bisa Diobati
Alzheimer adalah satu-satunya penyakit tanpa adanya metode untuk mencegah, menyembuhkan, atau memperlambatnya.
Beberapa obat hanya mampu membantu meringankan beberapa gejalanya saja. Namun, menurut Dr Daniel Gibbs, seorang dokter spesialis saraf yang juga didiagnosis Alzheimer, mengubah kebiasaan gaya hidup dapat membantu memperlambat perkembangan alzheimer.
Melansir Irishexaminer perubahan gaya hidup yang dimaksud meliputi:
-Olahraga teratur.
-Pola makan nabati atau diet MIND (Mediterranean intervention for neurodegenerative delay).
-Rajin melakukan aktivitas yang merangsang mental seperti belajar hal-hal baru.
-Rajin bersosialisasi.
-Tidur yang cukup.
-Mengontrol dan mengobati diabetes dan tekanan darah tinggi karena keduanya dapat memperburuk alzheimer.
Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia
Advertisement