Liputan6.com, Jakarta Sri Rahayu (45) adalah ibu dari penyandang down syndrome, Faiz Sofyan (3), yang meraih penghargaan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) sebagai insan inspiratif.
Founder Komunitas Pejuang Mimpi ini memiliki misi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas agar dapat meraih mimpi.
“Bermimpi adalah sebuah keharusan bagi siapapun, tidak terkecuali sahabat difabel,” katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (11/10/2021).
Advertisement
Keprihatinan mendengar kisah anak-anak difabel yang kesulitan mendapat pekerjaan, mendorongnya untuk menggerakkan masyarakat bergandeng tangan menciptakan kesetaraan.
Baca Juga
Menurutnya, difabel dengan segala keterbatasannya tak boleh malu atau minder. Mereka punya potensi yang sama dengan anak non disabilitas.
“Mereka harus percaya diri. Harus berani bermimpi dan harus gigih memperjuangkan mimpinya.”
Arti Sukses Bagi Sri
Sri berpendapat, sukses tak harus kerja kantoran dan sukses tak harus kerja untuk orang lain.
“Sukses adalah masa di mana kita mampu menggunakan sumber daya yang kita punya untuk menciptakan lapangan kerja. Keterbatasan tidak boleh mematikan mimpi-mimpi mereka.”
Dalam mewujudkan misinya, Sri menggandeng komunitas-komunitas disabilitas untuk bekerja sama dengan melakukan berbagai pelatihan ketrampilan informal seperti kelas memasak, kelas menulis daring, blogging, dan sebagainya.”
“Intinya, anak-anak diajak untuk mengembangkan minat bakatnya.”
Advertisement
Harapan Sri
Perempuan yang akrab disapa Bunda Faiz ini tak menyangka niat baiknya mengembangkan potensi anak difabel untuk menciptakan kesetaraan ternyata diapresiasi oleh USAID.
Ia berharap, apa yang diusahakan bisa disambut baik oleh teman-teman relawan, difabel dan komunitas yang menaungi mereka.
“Saya harap kita bisa bergandeng tangan dan bergerak bersama meraih mimpi menjadi seorang ahli di bidangnya masing-masing.”
Meski masih terbilang baru, komunitas Sri yang berada di bawah naungan Orami Parenting ini sudah memiliki program-program yang bertujuan menyatukan sebuah kolaborasi antar bidang ilmu.
“Harapannya kelak anak-anak difabel ini bisa membangun sebuah kartel bisnis yang besar yang mampu memberikan lapangan kerja bagi sahabat mereka,” pungkasnya.