Sukses

Tak Hanya Inklusif, Film Nussa Juga Kenalkan Kepribadian Bangsa Indonesia

Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Yenni Darmawanti, SE menyambut baik film animasi Nussa yang dinilai ramah disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Yenni Darmawanti, SE menyambut baik film animasi Nussa yang dinilai ramah disabilitas.

Nussa sendiri digambarkan dengan tokoh anak laki-laki yang salah satu kakinya diamputasi sehingga harus menggunakan kaki palsu. Hal tersebut tidak menghalanginya untuk berteman dengan siapapun dan mendalami keahliannya di bidang sains.

Menurut Yenni, selain ramah disabilitas film yang diproduseri Angga Dwimas Sasongko ini juga menggali dan mengenalkan kepribadian bangsa Indonesia.

“Film Nussa ini sangat bagus sekali karena film ini mencerminkan banyak kepribadian yang ingin digali dari bangsa Indonesia,” kata Yenni kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara ditulis Rabu (3/11/2021).

Salah satu contoh cerminan kepribadian bangsa Indonesia dalam film ini adalah nama dari tokoh Nussa dan dan adik perempuannya Rara.

“Nama Nussa dan Rara itu diambil dari kata Nusantara, seperti itu yang saya tahu.”

2 dari 4 halaman

Indonesia Lebih Inklusif

Yenni menambahkan, dengan film Nussa Indonesia bisa lebih inklusif karena film ini dapat menginspirasi anak-anak disabilitas dan non disabilitas di Tanah Air.

“Film ini inspiratif banget ketika kondisi Nussa jatuh dan kakinya harus diamputasi, dia ikhlas dan bagaimana keluarganya sangat mendukung Nussa untuk tetap bangkit. Karena ibunya ikhlas, akhirnya Nussa pun ikhlas.”

Dalam cerita tersebut, keluarga Indonesia juga bisa melihat betapa pentingnya peran keluarga dan teman-teman untuk mendorong Nussa tetap menjadi anak baik dan soleh sekalipun kondisi kakinya tidak utuh, lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Pendidikan di Indonesia

Tokoh Nussa yang pandai di bidang sains menggiring Yenni untuk berpendapat terkait pendidikan di Indonesia.

Pada kenyataanya, pendidikan di Indonesia bagi anak disabilitas masih kurang memadai terutama dalam aspek sarana dan prasarananya.

“Di Indonesia sendiri kecukupan teknologi semacam penyediaan sarana dan prasarana termasuk komputer itu tidak ada. Contoh kasus putra saya sendiri yang suka komputer tapi di sekolah tidak memadai.”

Putra Yenni yang juga menyandang disabilitas acap kali harus berbagi dengan teman-temannya saat menggunakan komputer. Padahal, tipikal anak berkebutuhan khusus jika sudah suka sesuatu maka akan bertahan dalam waktu lama dan tidak mau digeser.

“Peran saya sebagai orangtua harus memenuhi sarana dan prasarana untuk anak saya agar berkembang karena peran dari serta dari pemerintah masih sangat minim,” pungkasnya. 

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas