Liputan6.com, Jakarta Hari Disabilitas Internasional (HDI) 3 Desember merupakan momen spesial bagi penyandang disabilitas daksa asal Bandung, Zulhamka Julianto Kadir.
Pasalnya, di tanggal tersebut ia tak hanya merayakan HDI sebagai penyandang disabilitas tapi juga merayakan hari ulang tahun pernikahannya yang genap menginjak angka 10.
Baca Juga
Guna merayakan momen spesial ini, pria yang akrab disapa Anto mencoba aksesibilitas trotoar di sepanjang Jalan Asia Afrika, Bandung.
Advertisement
Menurutnya, trotoar di sepanjang Jalan Asia Afrika sudah layak dan sesuai untuk pengguna kursi roda.
“Untuk bagian naik dan turun pada bidang miring (ramp) sudah sesuai karena kemiringan sudah menyentuh jalan sama seperti pengalaman saat di Sydney Australia,” kata Anto kepada Kanal DIsabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis, Jumat (3/12/2021).
Di Tengah PSBB, Seorang Difabel Tetap Bekerja Sebagai Operator
Masyarakat Masih Tak Bersahabat
Selain ramah bagi pengguna kursi roda, fasilitas trotoar di Jalan Asia Afrika juga sudah ramah bagi penyandang disabilitas netra karena sudah tersedia guiding block.
Walau fasilitas sudah menunjang, tapi Anto menilai masyarakat dan pengendara masih tak bersahabat.
“Saat mau menyebrang udah pencet tombol penyeberangan tapi tetep aja mobil motor lewat, sampai ada pejalan kaki yang bantu untuk memberhentikan kendaraan.”
Advertisement
Butuh Sosialisasi
Melihat hal tersebut, ayah satu anak ini mengatakan bahwa butuh sosialisasi kepada masyarakat tentang nilai-nilai keberagaman.
“Pengalaman di Sydney, saat menyebrang masyarakat mengerti akan keberadaan disabilitas. Di Indonesia masih kurang. Ada orang nyebrang aja seakan acuh.”
“Bahkan, pernah lagi di lift mal, saat hendak nunggu lift ada bule tiba-tiba keluar lift dan mempersilahkan saya masuk duluan karena lihat pakai kursi roda,” katanya.
Hal ini berbeda dengan di indonesia, saat mengantre orang-orang seakan saling mendahului masuk lift.
“Itu terjadi juga baru-baru ini saat ngantre di lift hotel. Kemarin saat nyebrang, pengendara tidak ada yang mau berhenti.”
Dengan demikian, pemerintah dan penggerak disabilitas perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat umum terkait keberadaan disabilitas.
“Kami disabilitas warga negara indonesia berhak pula mendapatkan kesetaraan dan kesempatan yang sama,” tutup Anto.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement