Liputan6.com, Jakarta Ada yang unik dalam gelaran sunat atau khitan massal yang digelar Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) kali ini. Pasalnya, salah satu peserta telah berusia 21.
Peserta tersebut adalah Muhammad Alamsyach Bintang Hidayat dari Madiun. Ia menyandang autisme dan telah berhasil melalui proses khitan pada 5 Desember di Sidoarjo, Jawa Timur.
Menurut sang ibu, Richa, selama ini anaknya yang akrab disapa Bintang belum pernah dibawa ke rumah khitan. Ini dikarenakan ketakutan dan kekhawatirannya sendiri karena buah hatinya menyandang autisme dan cenderung hiper.
Advertisement
Seiring berjalannya usia, kondisi hiper yang dimiliki Bintang semakin berkurang dan hal ini membuat Richa membulatkan tekad untuk akhirnya membawa sang anak untuk dikhitan.
Semua kekhawatiran pun hilang setelah melihat kenyataan bahwa proses khitan berjalan dengan lancar walau Bintang sempat agak emosi.
“Alhamdulillah berjalan lancar dan seru deg-degan juga karena Bintang sempat agak emosi tapi enggak nangis cuma mengerang kesakitan tapi sebentar aja,” katanya kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (6/12/2021).
Liputan6 Update: Wawancara Bersama Founder SLB Saraswati Learning Center
Setelah Khitan
Richa juga menceritakan, setelah khitan, Bintang langsung pakai celana khitan dan celana pendek biasa, tidak pakai sarung. Bahkan, bisa berjalan seperti biasa, tidak seperti baru dikhitan.
“Sampai rumah pipis, mandi, makan yang biasa, bintang tetap ceria di mobil pas perjalanan pulang Madiun, enggak rewel malah senyum-senyum senang. Habis khitan juga nurut disuruh minum obat dan diminyaki luka khitannya.”
Advertisement
Menurut Pihak Y-AMI
Khitan massal anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah program rutin yang diadakan Y-AMI. Dalam gelaran kali ini, ada 60 peserta yang mendaftarkan diri.
Menurut Ketua Y-AMI, Yenni Darmawanti SE, kegiatan ini dilatarbelakangi pemenuhan hak kesehatan bagi anak penyandang disabilitas.
Hingga kini, total peserta yang telah dikhitan Y-AMI sepanjang 2 tahun adalah 334 ABK dari berbagai wilayah di Jawa Timur.
“Dalam khitan massal kali ini yang paling kecil peserta usia 2 tahun down syndrome, yang paling besar usia 21 autism dari Madiun.”
Khitan ini dilakukan dengan dukungan dari berbagai pihak sehingga dilaksanakan secara gratis, bahkan para peserta diberi bingkisan berisi makanan, obat, dan uang tunai.
Yenni berharap ke depannya ia dapat menyelenggarakan kegiatan serupa guna memenuhi kebutuhan khitan anak-anak spesial yang butuh penanganan khusus dalam soal khitan.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement