Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda bisa membuka ritsleting atau mengancingkan kemeja dengan satu tangan tanpa kesulitan atau mengenakan celana jeans sambil duduk. Itulah mengapa pakaian adaptif dirancang khusus untuk penyandang disabilitas untuk membantu mereka mengatasi masalah ini.
Dilansir dari Techxplore, kunci untuk pakaian adaptif yang efektif adalah memenuhi beragam kebutuhan yang dimiliki konsumen yang berbeda, sambil mempertahankan gaya dan mode. Baru-baru ini, merek-merek fashion mulai menghadirkan pakaian yang sedang tren dengan gaya baru, menggabungkan mode dan teknologi untuk para penyandang berbagai disabilitas.
Advertisement
Baca Juga
Berikut adalah lima cara berbeda fashion mendekati pakaian adaptif.
1. Magnet, bukan kancing
Under Armour adalah salah satu yang pertama mengadopsi ritsleting magnetik dalam pakaian. Ritsleting jaket mereka yang didesain ulang yang disebut MagZip menggunakan magnet untuk menghubungkan ujung ritsleting, membuat pakaian lebih mudah dilakukan dengan satu tangan.
Magnet juga telah digunakan dalam kemeja, celana dan pakaian lain sebagai pengganti kancing. Ini memungkinkan individu yang tidak memiliki ketangkasan atau kemampuan untuk menggunakan kancing untuk berpakaian sendiri dengan lebih baik.
Â
Simak Video Berikut Ini:
2. Sepatu tanpa tali
Iterasi sepatu yang berbeda juga bertujuan untuk membuat proses mengikat tali lebih mudah, atau menghilangkan kebutuhan secara bersamaan. Ritsleting dapat menggantikan tali tradisional, memungkinkan sepatu dilakukan dengan satu tangan.
Desain lainnya adalah Nike's Go FlyEase, sneaker yang menggunakan desain engsel. Pemakainya masuk ke dalam sepatu dan engselnya terbuka, menahan sepatu di tempatnya.
Sepatu FlyEase pertama terbukti populer dengan khalayak yang lebih luas, menciptakan masalah pasokan dan pasar penjualan kembali yang besar. Sepatu ini adalah contoh Desain Universal, sebuah prinsip yang mengusulkan produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga siapa pun dapat menggunakannya.
3. Kain khusus untuk pemakainya
Banyak penyandang autisme sensitif terhadap kain tertentu atau label dan label pakaian.
Merek adaptif, seperti JAM the Label, label sablon, menghindari label fisik dan menawarkan berbagai kain bambu dan linen yang hiposensitif.
Â
Advertisement
4. Pencetakan 3D dan desain khusus
Di masa lalu, produk adaptif sering dirancang agar tidak mencolok, seperti kursi roda hitam atau prostesis berwarna daging dan alat bantu dengar. Tapi ini juga berubah.
Pencetakan 3D dan manufaktur canggih memungkinkan fleksibilitas tinggi dan desain yang disesuaikan untuk berbagai perangkat dan item mode.
Open Bionics menggunakan pencetakan 3D untuk membuat Hero Arm, lengan bionik yang ditenagai oleh gerakan otot. Dengan menggunakan pencetakan 3D untuk menyesuaikan lengan kepada pengguna, perusahaan juga dapat memberikan pilihan kepada pengguna seputar desain mulai dari warna hingga konten bermerek: perpaduan fungsi dan mode.
5. Platform penjualan yang unik
Teknologi di balik mode adaptif tidak terbatas pada desain produk: juga digunakan dalam penjualan dan pemasaran.
Sistem Every Human's Unpaired memungkinkan konsumen untuk membeli sepatu tunggal, sambil mencari berdasarkan ukuran, lebar dan berbagai fitur adaptif seperti mudah dipakai, dan ramah bagi mereka yang memakai orthosis pergelangan kaki/kaki.
Langkah selanjutnya adalah tidak hanya memikirkan pakaian itu sendiri, tetapi juga tentang pemakainya dan bagaimana mereka ingin berbelanja.
Semua merek fesyen harus menyesuaikan barang-barang mereka dengan beragam kebutuhan konsumen.